BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kampanye merupakan kegiatan mempersuasi pemilih yang
bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas. Pemilihan
legislatif sebagai salah satu event pemilu yang secara serentak diadakan di
seluruh Indonesia ikut meramaikan dinamika politik khususnya pada pemilu 2009.
Para caleg yang ikut serta dalam pemilihan legislatif tentunya memiliki cara
kampanye yang berbeda dengan caleg lainnya. Kampanye yang merupakan sarana
untuk pencapaian cita-cita politik. strategi menjadi akan menjadi sangat
penting guna pemenangan pemilu serta cita-cita yang diinginkan caleg dan partai
partai pengusung untuk kedepannya. Pada pemilu 2009, partai-partai dan para
caleg bersaing ketat untuk mendpatkan kursi legislatif serta target-target
tertentu yang diinginkan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana strategi kampanye yang dilakukan oleh para mayoritas caleg dalam
pemilu legislatif 2009, sehingga berhasil mendapatkan kursi di legislatif.
Dewasa ini, fenomena-fenomena baru yang unik
mengenai pelaksanaan kampanye itu sendiri. Banyak pergeseran pola pikir
masyarakat maupun para politisi dalam menyikapi event 5 tahunan tersebut. Pergeseran itu sendiri banyak dipengaruhi
oleh kemajuan zaman maupun kondisi sosial ekonomi yang terus berkembang.
Fenomena kampanye antara lain juga dapat di ketahui melalui:
1.
Adanya temuan perbedaan dana kampanye
yang tersedia (yang dilaporkan) dengan dana kampanye yang digunakan; (Tidak
bermanfaat bagi rakyat/manfaat sesaat bersifat generik dan investasi politik
bagi pengusaha)
2.
Kampanye ternyata memerlukan dana yang
luar biasa besar (Apakah makin dana besar untuk kampanye makin efektif?)
Karena hal-hal tersebut diatas lah yang juga dapat
dibaca oleh masyarakat sebagai sebuah temuan fakta baru yang akan menjadikan
perubahan persepsi tersendiri bagi masyarakat sebagai objek kampanye secara
utuh. Oleh karena itu, maka rasa tidak puas publik kepada kampanye menurut
Lipsitz menyarankan kampanye diarahkan pada diskusi yang lebih substansial
tentang isu-isu kampanye, memeperbaharui cara peliputan kampanye, sampai
mengusulkan agar para kandidat/politisi mendatangani codes of conduct (tata
cara bertingkah laku dalam kampanye) yang mengharuskan wacana kampanye yang
lebih humanis tidak provokatif.
1.2 Rumusan
Masalah
a.
Apa definisi dari Strategi?
b.
Apa definisi dari Kampanye?
c.
Seperti apa Strategi Kampanye yang
dilakukan?
d.
Bagaimana pelaksanaan Strategi Kampanye?
1.3 Tujuan
Penulisan
a.
Mengetahui definisi Strategi
b.
Mengetahui definisi Kampanye
c.
Mengetahui Strategi Kampanye yang
dilakukan
d.
Menganalisis Strategi Kampanye yang
dilakukan Calon Legislatif (caleg)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Definisi Strategi
Kata "strategi" adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, stratēgos.
Adapun stratēgos dapat diterjemahkan sebagai 'komandan militer' pada zaman
demokrasi Athena. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan,
dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
Berikut adalah beberapa pendapat menurut para ahli
mengenai strategi yaitu, menurut (Rangkuti, 2009, p3), strategi adalah alat
untuk mencapai tujuan. Tujuan utamanya adalah agar perusahaan dapat melihat
secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan
dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat
dibedakan secara jelas fungsi manajemen, konsumen, distributor, dan pesaing.
Jadi, perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan
memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang
optimal dari sumber daya yang ada. Untuk memahami konsep perencanaan strategis,
kita perlu memahami pengertian konsep mengenai strategi.
Menurut Mintzberg (2007), konsep strategi itu
sekurang-kurangnya mencakup lima arti yang saling terkait, dimana strategi
adalah suatu:
1. Perencanaan
untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara rasional dalam
mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya.
2. Acuan
yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsistensi perilaku
serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi.
3. Sudut
yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan aktivitasnya.
4. Suatu
perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara organisasi dengan
lingkungannya yang menjadi batas bagi aktivitasnya.
5. Rincian
langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk mengelabui para pesaing.
Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung
yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien
dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada
umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut.Contoh berikut
menggambarkan perbedaannya, "Strategi untuk memenangkan keseluruhan
kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu pertandingan".
Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi
kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dan lain-lain.
2.2
Definisi Kampanye
Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses
kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan
bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Rogers dan Storey
(1987) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang
terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar
khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu” (Venus,
2004:7).
Beberapa ahli komunikasi mengakui bahwa definisi
yang diberikan Rogers dan Storey adalah yang paling popular dan dapat diterima
dikalangan ilmuwan komunikasi (Grossberg, 1998; Snyder, 2002; Klingemann &
Rommele, 2002). Hal ini didasarkan kepada dua alasan. Pertama, definisi
tersebut secara tegas menyatakan bahwa kampanye merupakan wujud tindakan
komunikasi, dan alasan kedua adalah bahwa definisi tersebut dapat mencakup
keseluruhan proses dan fenomena praktik kampanye yang terjadi dilapangan.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
kampanye merupakan sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan pencapaian
dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang
yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan
di dalam suatu kelompok,
kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan
pecapaian. Dalam sistem politik demokrasi,
kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian
dukungan, dimana wakil terpilih atau referenda diputuskan.
2.2.1 Jenis-jenis
Kampanye
1.
Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
N0. 35 Tahun 2004 Tentang Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
mengatur semua jenis atau bentuk kampanye. Ada 9 jenis kampanye yaitu:
a.
Debat publik / debat terbuka antar calon
b.
Kegiatan Lain yang tidak melanggar
peraturan perundang-undangan
c.
Pemasangan alat peraga di tempat umum
d.
Penyebaran bahan kampanye kepada umum
e.
Penyebaran melalui media cetak dan media
elektronik
f.
Penyiaran melalui radio dan atau televise
g.
Pertemuan Terbatas
h.
Rapat umum
i.
Tatap muka dan dialog
2.
Selain itu terdapat pula jenis-jenis
kampanye menurut beberapa sumber, yaitu:
1)
Product Oriented Campaigns
Kampanye
yang berorientasi pada produk, umumnya terjadi di lingkungan bisnis,
berorientasi komersial, seperti peluncuran produk baru. Kampanye ini biasanya
sekaligus bermuatan kepentingan untuk membangun citra positif terhadap produk
barang yang diperkenalkan ke publiknya. Contoh: Kampanye Bank BPR Go Public,
Kampanye Telkom Flexi.
2)
Candidate Oriented Campaigns
Kampanye
ini berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi karena hasrat untuk
kepentingan politik. Contoh: Kampanye Pemilu, Kampanye Penggalangan dana bagi
partai politik.
3)
Ideologically or cause oriented
campaigns
Jenis
kampanye ini berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan
seringkali berdimensi sosial atau Social
Change Campaigns (Kotler), yakni kampanye yg ditujukan utk menangani
masalah- masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yg terkait.
Contoh: Kampanye AIDS, Keluarga Berencana dan Donor Darah.
4)
Jenis Kampanye yang sifatnya menyerang
(attacking campaign):
·
Kampanye Negatif
Menyerang
pihak lain melalui sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan
diperdebatkan.
·
Kampanye hitam (Black campaign)
Kampanye
yang bersifat buruk atau jahat dengan cara menjatuhkan lawan politik untuk
mendapatkan keuntungan.
BAB III
PROFIL CALEG DAN WILAYAH DAERAH
PEMILIHAN
3.1 Profil
singkat caleg (Calon Legislatif)
Nama
|
:
|
Dani Hamdani
|
Tempat, Tanggal
Lahir
|
:
|
Bandung, 03 Juli 1990
|
Alamat
|
:
|
Kp. Biru RT 04 RW 04 Desa Mandalasari
Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung
|
q Pendidikan Formal
§ Sekolah Dasar Negeri Cikancung 3
§ Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Cikancung
§ Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cicalengka
§ Perguruan Tinggi UIN SGD Bandung
q Pengalaman Organisasi
§ Radio komunitas 107,8 Syifa Fm Cicalengka
§ Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Dakwah dan
Komunikasi Cab. Kabupaten Bandung
§ Forum Mahasiswa Kabupaten Bandung
§ Himpunan Mahasiswa Cicalengka
3.2 Demografi wilayah dan Karakter
Masyarakat Dapil II Jawa Barat
3.2.1
Kabupaten Bandung
a.
Demografi
Dari
sisi demografis, jumlah penduduk Kabupaten Bandung lk. 3.215.548 jiwa pada
tahun 2010 (Data BPS 2010), terdiri dari laki-laki sebanyak 1.638.623 jiwa
(50,96 %) dan perempuan sebanyak 1.576.925 jiwa (49,04 %). Jumlah ini meningkat
1,35 % dibandingkan tahun 2009, di mana pada tahun 2009 jumlah penduduk
Kabupaten Bandung mencapai lk 3.172.860 jiwa, terdiri atas : laki-laki
1.590.399 jiwa (50,13 %) dan perempuan 1.582.461 jiwa (49,87 %). Jika dilihat
dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada tahun 2010, jumlah
penduduk kelompok umur produktif (15-64 tahun) mencapai 64,89 %, jumlah
penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun) mencapai 31,17 % dan jumlah penduduk
kelompok umur tua (65 tahun ke atas) mencapai 3,94 %. Jumlah penduduk kelompok
umur produktif (15-64 tahun) mengalami penurunan sebesar 2,25 %, demikian pula
dengan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 tahun ke atas) menurun 0,44 %,
sedangkan jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun) meningkat 2,69 %.
Dari jumlah penduduk tersebut di atas, terdapat angka beban
ketergantungan (dependency ratio) sebesar 54,10 %, ini artinya pada setiap 100
penduduk produktif harus menanggung lk. 54 orang penduduk tidak produktif. Jika
dibandingkan dengan tahun 2009, dependency ratio pada tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar 5,15 poin, sedangkan dependency ratio pada tahun 2009
sebesar 48,95 %. Angka Ketergantungan (dependency ratio) diharapkan dapat
diturunkan pada tahun-tahun mendatang, dengan meningkatkan Daya saing dan
Sumber Daya Manusia Masyarakat Kabupaten Bandung.
a.
Karakter Masyarakat
Kabupaten
Bandung merupakan suatu daerah yang mayoritas penghuninya berasal dari suku
sunda. Tidak banyak pendatang yang mendiami daerah ini, suku asli masih
mendominasi daerah kabupaten Bandung. Artinya, hubungan yang terjalin diantara
masyarakat masih sangat kental dengan rasa silaturahmi.
“Urang Sunda” dikenal memiliki sifat
optimistis, ramah, sopan, dan riang. Orang sunda dikenal memiliki rasa memiliki
jiwa diplomatis yang tinggi dalam melakukan suatu hal. Seperti dikutip dari
salah satu media online (id.wikipedia.org), bahwa orang sunda adalah yang pertama kali melakukan hubungan
diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain.
Disamping
prestasi dalam bidang politik (khususnya pada awal masa kemerdekaan Indonesia)
dan ekonomi, prestasi yang cukup membanggakan adalah pada bidang budaya yaitu
banyaknya penyanyi, musisi, aktor dan aktris dari etnis Sunda, yang memiliki
prestasi di tingkat nasional, maupun internasional.
3.2.1
Kabupaten Bandung Barat
a. Demografi
Kabupaten Bandung Barat pada tahun
2007 berpenduduk sekitar 1.493.238 jiwa. dengan jumlah rumah tangga (kepala
keluarga) sebanyak 298.648 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk Kabupaten
Bandung Barat terdiri dari 758.670 jiwa penduduk laki-laki dan 734.568 jiwa
penduduk perempuan yang tersebar di kelima belas kecamatan dan 165 desa di
Kabupaten Bandung Barat. Dilihat perkecamatan, kecamatan yang paling banyak
penduduknya adalah Kecamatan Lembang dengan jumlah penduduk berjumlah 165.786
jiwa atau sebesar 11,10 % dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Bandung
Barat. Kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah Kecamatan
Rongga dengan jumlah penduduknya sebanyak 57.471 jiwa atau hanya sebesar 3,85%
dari keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat.
Karakteristik penduduk berdasarkan
ciri-ciri tertentu salah satunya dapat diklasifikasikan dari segi biologis,
yaitu jenis kelamin dan umur. Jenis kelamin dan umur merupakan karakteristik
penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap
tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi.
Di Kabupaten Bandung Barat, setiap
100 penduduk wanita terdapat 102 penduduk pria. Artinya, perbandingan antara
jumlah penduduk pria dan wanita di wilayah ini hampir sama banyak, dengan
sedikit dominasi oleh jumlah penduduk pria.
Mayoritas penduduk di Kabupaten
Bandung Barat berada dalam rentang usia produktif, yaitu 15-64 tahun. Angka
ketergantungan menunjukkan perbandingan antara banyaknya penduduk yang tidak
produktif (0-14 tahun dan lebih dari 65 tahun) dengan yang produktif. Angka
ketergantungan secara kasar dapat digunakan sebagai indikator ekonomi suatu
wilayah; semakin kecil angka ketergantungan, semakin baik keadaan ekonomi di
suatu wilayah.
Tingkat pendidikan penduduk
Kabupaten Bandung Barat mayoritas berkisar di antara tiga jenjang pendidikan
dasar yaitu SD, SLTP, dan SMU. Mayoritas penduduk (36,68%) mengenyam pendidikan
sampai Sekolah Dasar (SD) atau sederajat, diikuti SMU (22,36%) dan SLTP
(19,65%). Jumlah penduduk yang tidak tamat SD atau masih menjalani
pendidikannya pada tingkat tersebut lebih kecil daripada yang telah menamatkan
jenjang pendidikan, yaitu sebesar 15,26%. Hanya sebagian kecil penduduk
Metropolitan Bandung yang mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi,
yaitu tingkat diploma (2,46%) dan sarjana (2,35%).
b. Karakter Masyarakat
Karakter masyarakat Kabupaten
Bandung Barat tidak jauh berbeda dengan Kabupaten Bandung. Suku Sunda masih
menjadi mayoritas penduduk di daerah ini. Namun di daerah tertentu seperti di
Lembang, penduduk merupakan masyarakat asli dan masyarakat pendatang, keduanya
lumayan berimbang.
Namun yang perlu ditekankan disini
adalah mayoritas penduduk yang masih didominasi oleh suku Sunda yang memiliki
budaya menjunjung tinggi norma agama dan sosial.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Rencana Strategi Kampanye
4.1.1
Pembuatan Tim Sukses
Kegiatan kampanye merupakan kerja
sama tim. Dengan demikian banyak personil juga lembaga yang akan terlibat
didalamnya. Penentuan siapa saja yang akan terlibat sebagai pelaksana kampanye
(campaign organizer) merupakan langkah awal dalam melaksanakan kampanye.
Orang-orang yang akan menjadi personel kampanye harus diseleksi dengan teliti
dengan memperhatikan aspek motivasi, komitmen, kemampuan bekerjasama, dan
pengalaman yang bersangkutan dalam kerja sejenis.
Pembuatan tim sukses harus
disesuaikan dengan karakter masyarakat di daerah pemilihan. Selain itu, anggota
tim kamapanye harus bisa mewakili semua golongan masyarakat didaerah Kab.
Bandung dan Kab. Bandung Barat. Secara garis besar pengelompokkan masyarakat
dapat dibagi berdasarkan perspektif ekonomi, tingkat pendidikan, umur, jenis
kelamin, dan jenis pekerjaan.
Orang yang direkrut bukan hanya
mengerti tentang pengelompokkan masyarakat tersebut, namun merupakan bagian
dari kelompok tersebut. Tim sukses juga harus mampu mewakili tingkat daerah
minimal tingkat kecamatan.
Pola perekrutan tim sukses dapat
digambarkan seperti berikut :
|
Pola perekrutan apabila berdasarkan
skema tersebut, maka kita dapat merekrut minimal satu keluarga pada sebuah
kecamatan karena logikanya, dalam satu keluarga minimal dapat mewakili dua
jenis golongan masyarakat.
Peran fungsi kader PDIP DPD jabar
sangatlah penting. Himpun kader tersebut, kelompokkan pada tim –baik
berdasarkan golongan masyarakat ataupun tingkat wilayah-. Simpelnya adalah
seperti berikut :
4.2 Program Kerja
4.2.1
Konsolidasi
Internal dan Eksternal Tim Kampanye
Konsolidasi internal tim kampanye
dimulai setelah tim kampanye pusat resmi dibentuk dan disusul dengan tim
kampanye di berbagai kecamatan. Pertemuan antar tim kampanye se-Dapil II harus
diadakan untuk membahas dan mensosialisasikan mengenai strategi kampanye yang
digunakan, pendanaan kampanye, target-target yang harus dicapai, dan penyediaan
peralatan kampanye. Konsolidasi internal tim kampanye juga dilakukan dengan
cara memberikan motivasi dan pelatihan kepada pengurus partai di tingkat kecamatan
dan kelurahan mengenai cara-cara kampanye yang baik dan sesuai dengan petunjuk
teknis yang diberikan oleh tim kampanye pusat.
a. Segmentasi
Segmentasi yang dilakukan oleh tim
kampanye yiatu mengelompokkan pemilih berdasarkan ciri-ciri demografis yaitu,
usia pemilih, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, jenis pekerjaan, dan jenis
kelamin. Dari segi usia misalnya, mayoritas usia penduduk pada dapil ini adalah
kalangan produktif (15-65) yaitu sekitar 60%-70%.
b. Targeting
Apabila pola perekrutan tim kampanye
dilakukan seperti saran diatas maka target dari tim kampanye adalah semua
kalangan. Karena anggota dari tim kampanye mewakili kalangan. Tentu hal
tersebut dapat dimaksimalkan apabila semua berjalan sesuai dengan peran dan
fungsinya masing-masing.
c. Positioning
Selama kampanye berlangsung, slogan
sangatlah diperlukan untuk meanrik perhatian dari masyarakat. Slogan yang baik
adalah slogan yang bersifat persuasive. Misalkan, “SAATNYA PUTRA DAERAH BERSUARA !”, “DUKUNG PUTRA DAERAH MENJADI WAKIL DAERAH !”. Slogan-slogan seperti
itu dapat digunakan untuk daerah dapil II.
4.3 Sosialiasi Figur Caleg
Meskipun
Jalaluddin Rakhmat atau akrab dipanggil Kang Jalal telah banyak berkiprah
ditingkat nasional, namun kebanyakan masyarakat kita belum mengetahui niat baik
Kang Jalal untuk menjadi anggota legislatif. Maka dari itu sangatlah diperlukan
sosialisasi guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Sosialisasi figur caleg dapat
digambarkan seperti berikut.
a.
Sosialisasi langsung
Sosialisasi
langsung merupakan proses kampanye murni yang dilakukan tim sukses Kang Jalal
untuk menarik perhatian dan memberitahukan kepada masyarakat bahwa Kang Jalal
merupakan Caleg DPR RI Dapil II Jabar. Tentu upaya yang ditempuh adalah
pengiklanan politik melalui media massa baik elektronik maupun cetak.
Dalam
banyak kasus, ketertarikan masyarakat terhadap iklan poltik cenderung menurun.
Hal ini disebabkan oleh oknum-oknum
suksesor yang seenaknya memasang iklan politik tanpa memperhatikan
estetika, yang penting terlihat jelas singkatnya –untuk iklan politik seperti
baligo-. Tentu perilaku tersebut bukanlah untuk ditiru, apalagi mengingat Kang
Jalal merupakan orang yang berpendidikan tingga dan memiliki kredibilitas baik
pula dimata konstituennya.
Cukup
dengan memasang iklan politik ditempat yang strategis namun tidak mengganggu
tata kota dan berisi hal-hal yang menarik untuk dilihat sehingga menimbulkan
rasa simpati dari masyarakat yang melihatnya.
Begitupun
dengan sosialisasi melalui media massa. Durasi iklan yang dibuat tidak usah
panjang lebar asalkan isinya meanarik dan pesan utama dapat disampaikan serta
dimengerti oleh audiens.
b.
Sosialisasi tidak langsung
Sosialisasi
tidak langsung merupakan tahapan setelah sosialisasi langsung. Tujuannya adalah
untuk menarik perhatian masyarakat pintar. Dalam hal ini tim sukses harus
melakukan agenda setting seakan-akan Kang Jalal hadir sebagai tamu undangan
saja yang tidak memiliki kepentingan poltik. Dalam mengisi acara pun misalkan,
kang jalal tidak perlu meminta dukungan secara lisan, karena mereka sudah tahu
dari iklan-iklan politik yang tersebar.
Untuk
menjangkau daerah yang tidak terkena terpaan media massa, maka perlu dilakukan
sebuah upaya pemasaran poltik yang dibungkus dengan kegiatan social. Misalkan kang
Jalal dan tim sukses memberikan bantuan social berupa makanan pokok ke daerah
yang belum mendapat aliran listrik.
4.4 Membuat Opini Publik
Opini
publik merupakan sebuah persepsi yang kemudian diungkapkan ke permukaan oleh
masyarakat yang bersangkutan dan memiliki kepentingan terhadap objek opini
tersebut. Opini publik muncul karena suatu keadaan yang bersifat kontroversi
biasanya. Kontroversi dalam hal ini
haruslah bersifat positif agar menghasilkan opini yang positif pula.
Upaya
yang dapat ditempuh adalah melakukan kegiatan yang jarang ataupun belum pernah
dilakukan oleh Kang Jalal sehingga hal tersebut dapat menarik perhatian media.
Upaya
yang dapat dilakukan oleh tim sukses Kang Jalal untuk memunculkan kontoversi diantaranya :
1) Membenturkan
status Kang Jalal dengan hal yang bertolak belakang
Contoh : Kang Jalal sebagai tokoh agama,
ikut terlibat dalam kegiatan klub motor atau mobil dengan catatan media
diikutsertakan.
2) Membenturkan
kebiasaan dengan yang tidak biasa
Contoh : Kang Jalal merupakan Rajanya seminar
ataupun mengajar, ikut terlibat dalam pembangunan jembatan dan pembajakan
sawah.
Hal
tersebut dapat dilakukan guna menarik perhatian masyarakat. Namun, dalam semua
kegiatan tersebut sangat diperlukan peran media sebagai penyambung ke
masyarakat luas.
4.5 Pemilihan Media Kampanye
Sempat
disinggung pada pembahasan sosialisasi figur caleg, media yang digunakan dalam
proses kampanye kang jalal adalah media massa cetak dan elektronik serta
ditambah media dekade ini yang tidak boleh dilupakan yaitu media online.
ketiga
media massa ini sangatlah vital dalam hal pemasaran poltik. Apabila upaya
kampanye dilakukan tanpa menggunakan media massa, maka siap-siaplah untuk
menerima kekalahan.
Tiga
jenis media tadi juga mempunyai kekurangan dan kelebihannya berdasarkan
kecepatan, biaya produksi, ketajaman berita, dll. Kelebihan serta kekurangan
ketiga media tersebut adalah:
1)
Media Cetak
Kelebihan
:
·
Repeatable, dapat di baca berkali-kali
dengan menyimpannya atau menglipingnya.
·
Analisa lebih tajam, dapat membuat orang
benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat
membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan.
Kekurangan
:
·
Lambat, dari segi waktu media cetak
adalah yang terlambat karena media cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita
yang terjadi kepada masyarakat dan harus menunggu turun cetak. Media cetak
sering kali hanya memuat berita yang telah disebarluaskan oleh media lainnya.
·
Tidak adanya audio, media cetak hanya
berupa tulisan yang tentu saja tidak dapat didengar.
·
Visual yang terbatas, media cetak hanya
dapat memberikan visual berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi berita.
·
Produksi, biaya produksi yang cukup
mahal karena media cetak harus mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat
dinikmati masyarakat.
2) Media
Elektronik
Kelebihan
:
·
Cepat, dari segi waktu, media elektronik
tergolong cepat dalam menyebarkan berita ke masyarakat luas.
·
Ada audio visual, media elektronik
mempunyai audio visual yang memudahkan para audiensnya untuk memahami
berita.(khusus televisi)
·
Terjangkau luas, media elektronik
menjangkau masyarakat secara luas.
Kekurangan :
·
Tidak ada pengulangan, media elektronik
tidak dapat mengulang apa yang sudah ditayangkan.
3) Media
Online
Kelebihan
:
·
Sangat cepat, dari segi waktu media
online sangat cepat dalam menyampaikan beritanya.
·
Audio Visual, media online juga
mempunyai audio visual dengan melakukan streaming.
·
Praktis dan Fleksibel, media online
dapat diakses dari mana saja dan kapan saja yang kita mau.
Kekurangan
:
·
Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan
berita yang dimuat di media online biasanya tidak seakurat media lainnya.
Melihat kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki ketiga media di atas, media
online
mempunyai keunggulan dalam segi kecepatan. Kecepatan tersebut dapat mengalahkan
kedua media lainnya karena audiens sekarang lebih mengutamakan kecepatan dan
kemudahan dalam mengakses informasi, dan hal itu dimiliki oleh media online.
Melihat hal ini, prospek media online
akan sangat unggul dan dapat mengalahkan kedua jenis media lainnya. Apalagi
jika seluruh dunia dapat mengakses internet dengan mudah, otomatis media online
akan lebih sering digunakan audiens dibanding kedua jenis media lainnya.
Dari fakta tersebut tim sukses dapat
mengoptimalkan mensosialisasikan dan meminta dukungan kepada masyarakat melalui
media online terutama.
Presentase media yang digunakan :
Media yang dioptimalkan adalah media
online yaitu dengan presentase penggunaan sekitar 50%, disusul oleh media
cetak, dengan 35%, dan media elektronik 15% saja memngingat tarif harga pasang
iklan di televisi dan radio relatif tinggi.
4.6 Meraih Simpati Masyarakat Pemilih
Apabila
upaya-upaya diatas telah ditempuh dengan optimal, maka masyarakat akan
meberikan simpati terhadap kang Jalal. Namun yang perlu diketahui adalah
karakter masyarakat dapil II yang mulai apatis terhadap keberadaan partai
politik haruslah menjadi pertimbangan. Hal ini merupakan efek domino dari
oknum-okmun calon yang kini menduduki kursi mewah di gedung DPR sana yang tidak
memenuhi janji mereka ketika menyuarakan meminta dukungan kepada masyarakat.
Tentu hal ini perlu ditanggapi seirus dan membutuhkan suatu pendekatan yang
berkala. Percuma saja pun kalau diberi “uang”
toh mereka belum tentu memilih.
Untuk
menangani hal ini, tim sukses memerlukan suatu pendekatan yang halus, tidak
langsung mengajak masyarakat untuk memilih, namun menjalin dulu hubungan
emosional dengan mereka.
Upaya
yang dapat ditempuh misalkam :
1) Mengadakan
pengajian rutin mengingat Kang Jalal merupakan tokoh agama
2) Membimbing
kalangan muda.
3) Mendekati
tokoh masyarakat sehingga tokoh atau aparat pemerintah setempat mengijinkan tim
sukses mengadakan acara.
4) Mengadakan
diskusi ringan yang melibatkan banyak orang, dsbnya
Apabila
masyarakat merasa telah terikat oleh upaya-upaya yang dilakukan, maka mereka
tidak perlu diminta pun akan memnerikan simpati tehadap kang Jalal.
4.7 Evaluasi Program
Evaluasi kampanye dapat
dikategorikan dalam empat tingkat sebagai berikut :
a. Tingkatan kampanye (Campaign Level)
Pada tingkatan kampanye kita ingin
mengetahui apakah khalayak sasaran terterpa kegiatan kampanye yang dilakukan
atau tidak. Dengan demikian pertanyaan pokok untuk evaluasi tingkat ini adalah
“apakah kampanye yang dilakukan dapat menjangkau khalayak sasaran yang
ditetapkan? Dan apakah khalayak memberi perhatian pada kampanye tersebut? Untuk
menjawab pertanyaan ini dapat menggunakan metode survei.
b. Tingkatan sikap (attitude level)
Pada tingkatan sikap evaluasi dapat
dilakukan dengan menggunakan metode survei atau uji sederhana (simple test).
Metode survei digunakan untuk sampel dalam jumlah besar, sementara tes
sederhana umumnya digunakan untuk kelompok sasaran yang terbatas, yang juga
sangat populer untuk mengukur pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh
sebagai akibat diselenggarakannya kampanye. Dalam perspektif Ostergaard,
terdapat empat aspek yang terkait dengan evaluasi pada tingkatan sikap yakni
aspek Kognitif (pengetahuan, kesadaran, kepercayaan, dan sebagainya), Afektif
(kesukaan, simpati, penghargaan, dukungan dan sebagainya), Konatif (komitmen
untuk bertindak) dan aspek keterampilan atau skill.
c. Tingkatan perilaku
Para ahi kampanye memandang
tingkatan perilaku sebagai tingkat yang paling penting dalam kebanyakan
evaluasi kampanye. Sayangnya jenis evaluasi
ini sering diabaikan atau dilakukan sekadarnya dengan mengamati realitas
permukaan (superficial reality).
Untuk menepis dugaan para teoritis,
maka kita memerlukan survey untuk mendapatkan informasi yang valid tentang
masyarakat yang telah kita dekati, apakah masih selaras dengan kita atau mulai
melenceng. Apabila mulai melenceng maka kita perlu melakukan pendekatan ulang sebelum
hari pemilihan. Tetapi perlu hati-hati juga dalam menentukan langkah. Jangan
samapai langkah kita terbaca oleh lawan polotik sehingga mereka mudah untuk
megalahkan kita.
d. Tingkatan masalah
Tingkat evaluasi yang terakhir
adalah tingkatan masalah. Pada tingkat ini evaluasi dapat dilakukan dengan
mudah atau sebaliknya sangat sulit dan memakan waktu lama. Problem atau masalah
disini diartikan sebagai kesenjangan antara kenyataan dengan harapan atau
dengan yang seharusnya terjadi. Yang sering menjadi pertanyaan dalam evaluasi
pada tingkatan problem ini adalah, apakah yang akan diukur efek jangka pendek
atau jangka panjang? Kapan harus melakukan evaluasi, segera setelah kampanye
berakhir atau beberapa tahun kemudian?
Maka yang kita perlukan adalah
keterbukaan dan kejujuran saat menjalankan program, sehingga tidak perlu
ketakutan saat melakukan evaluasi.
4.8 Memelihara dan merawat dukungan
suara, menjaga hasil suara di tingkat TPS, PPS, PPK, KPU
Untuk
menempuh upaya tersebut membutuhkan
sangat banyak suku-suku politik. Suku-suku politik yang dimaksud dapat
digambarkan sebagai berikut :
Setiap
kotak pada gambar tersebut memiliki turunan, pola kerja pada skema tersebut
diadopsi dari perhitungang yang menggunakan pohon faktor. Sehingga apabila
semua kader dan relawan bekerja sesuai dengan koridornya, dukungan suara akan
dapat terlihat dan terkendali.
Pada
hari-hari terakhir mendekati waktu pemilihan, biasanya terjadi serangan fajar
dari masing-masing calon. Untuk menanggulangi hal tersebut maka perlu diadakan
pengawasan terhadap calon konstituen. Intinya harus bisa saloin kordinasi dan
komunikasi antar semua elemen.
BAB V
PENUTUP
Strategi itu pada hakikatnya adalah
suatu perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan
tertentu dalam praktik operasionalnya. Komunikasi secara efektif adalah sebagai
berikut:
·
Bagaimana
mengubah sikap (how to change the attitude)
·
Mengubah opini
(to change the opinion)
·
Mengubah
perilaku (to change behavior)
Strategi kampanye dibutuhkan untuk proses pemenangan
politik dalam suatu kampanye politik. Kegiatan kampanye merupakan kerja sama tim. Dengan demikian
banyak personil juga lembaga yang akan terlibat didalamnya. Penentuan siapa
saja yang akan terlibat sebagai pelaksana kampanye (campaign organizer)
merupakan langkah awal dalam melaksanakan kampanye. Orang-orang yang akan
menjadi personel kampanye harus diseleksi dengan teliti dengan memperhatikan
aspek motivasi, komitmen, kemampuan bekerjasama, dan pengalaman yang
bersangkutan dalam kerja sejenis.
Pembuatan tim sukses harus
disesuaikan dengan karakter masyarakat di daerah pemilihan. Selain itu, anggota
tim kampanye harus bisa mewakili semua golongan masyarakat didaerah Kab.
Bandung dan Kab. Bandung Barat. Secara garis besar pengelompokkan masyarakat
dapat dibagi berdasarkan perspektif ekonomi, tingkat pendidikan, umur, jenis
kelamin, dan jenis pekerjaan.
Upaya-upaya yang ditempuh merupakan
suatu jalan pembelajaran politik bagi para politisi maupun calon politisi
dengan meminimalisir kecacadan dan kejahatan poltik.
Daftar Pustaka
Dan
Nimmo. 1993. Komunikasi Politik:
Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: Rosda
http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi {diakses
tanggal 14 Oktober 2013}
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kampanye merupakan kegiatan mempersuasi pemilih yang
bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas. Pemilihan
legislatif sebagai salah satu event pemilu yang secara serentak diadakan di
seluruh Indonesia ikut meramaikan dinamika politik khususnya pada pemilu 2009.
Para caleg yang ikut serta dalam pemilihan legislatif tentunya memiliki cara
kampanye yang berbeda dengan caleg lainnya. Kampanye yang merupakan sarana
untuk pencapaian cita-cita politik. strategi menjadi akan menjadi sangat
penting guna pemenangan pemilu serta cita-cita yang diinginkan caleg dan partai
partai pengusung untuk kedepannya. Pada pemilu 2009, partai-partai dan para
caleg bersaing ketat untuk mendpatkan kursi legislatif serta target-target
tertentu yang diinginkan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana strategi kampanye yang dilakukan oleh para mayoritas caleg dalam
pemilu legislatif 2009, sehingga berhasil mendapatkan kursi di legislatif.
Dewasa ini, fenomena-fenomena baru yang unik
mengenai pelaksanaan kampanye itu sendiri. Banyak pergeseran pola pikir
masyarakat maupun para politisi dalam menyikapi event 5 tahunan tersebut. Pergeseran itu sendiri banyak dipengaruhi
oleh kemajuan zaman maupun kondisi sosial ekonomi yang terus berkembang.
Fenomena kampanye antara lain juga dapat di ketahui melalui:
1.
Adanya temuan perbedaan dana kampanye
yang tersedia (yang dilaporkan) dengan dana kampanye yang digunakan; (Tidak
bermanfaat bagi rakyat/manfaat sesaat bersifat generik dan investasi politik
bagi pengusaha)
2.
Kampanye ternyata memerlukan dana yang
luar biasa besar (Apakah makin dana besar untuk kampanye makin efektif?)
Karena hal-hal tersebut diatas lah yang juga dapat
dibaca oleh masyarakat sebagai sebuah temuan fakta baru yang akan menjadikan
perubahan persepsi tersendiri bagi masyarakat sebagai objek kampanye secara
utuh. Oleh karena itu, maka rasa tidak puas publik kepada kampanye menurut
Lipsitz menyarankan kampanye diarahkan pada diskusi yang lebih substansial
tentang isu-isu kampanye, memeperbaharui cara peliputan kampanye, sampai
mengusulkan agar para kandidat/politisi mendatangani codes of conduct (tata
cara bertingkah laku dalam kampanye) yang mengharuskan wacana kampanye yang
lebih humanis tidak provokatif.
1.2 Rumusan
Masalah
a.
Apa definisi dari Strategi?
b.
Apa definisi dari Kampanye?
c.
Seperti apa Strategi Kampanye yang
dilakukan?
d.
Bagaimana pelaksanaan Strategi Kampanye?
1.3 Tujuan
Penulisan
a.
Mengetahui definisi Strategi
b.
Mengetahui definisi Kampanye
c.
Mengetahui Strategi Kampanye yang
dilakukan
d.
Menganalisis Strategi Kampanye yang
dilakukan Calon Legislatif (caleg)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Definisi Strategi
Kata "strategi" adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, stratēgos.
Adapun stratēgos dapat diterjemahkan sebagai 'komandan militer' pada zaman
demokrasi Athena. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan,
dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
Berikut adalah beberapa pendapat menurut para ahli
mengenai strategi yaitu, menurut (Rangkuti, 2009, p3), strategi adalah alat
untuk mencapai tujuan. Tujuan utamanya adalah agar perusahaan dapat melihat
secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan
dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat
dibedakan secara jelas fungsi manajemen, konsumen, distributor, dan pesaing.
Jadi, perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan
memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang
optimal dari sumber daya yang ada. Untuk memahami konsep perencanaan strategis,
kita perlu memahami pengertian konsep mengenai strategi.
Menurut Mintzberg (2007), konsep strategi itu
sekurang-kurangnya mencakup lima arti yang saling terkait, dimana strategi
adalah suatu:
1. Perencanaan
untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara rasional dalam
mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya.
2. Acuan
yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsistensi perilaku
serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi.
3. Sudut
yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan aktivitasnya.
4. Suatu
perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara organisasi dengan
lingkungannya yang menjadi batas bagi aktivitasnya.
5. Rincian
langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk mengelabui para pesaing.
Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung
yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien
dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada
umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut.Contoh berikut
menggambarkan perbedaannya, "Strategi untuk memenangkan keseluruhan
kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu pertandingan".
Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi
kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dan lain-lain.
2.2
Definisi Kampanye
Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses
kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan
bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Rogers dan Storey
(1987) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang
terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar
khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu” (Venus,
2004:7).
Beberapa ahli komunikasi mengakui bahwa definisi
yang diberikan Rogers dan Storey adalah yang paling popular dan dapat diterima
dikalangan ilmuwan komunikasi (Grossberg, 1998; Snyder, 2002; Klingemann &
Rommele, 2002). Hal ini didasarkan kepada dua alasan. Pertama, definisi
tersebut secara tegas menyatakan bahwa kampanye merupakan wujud tindakan
komunikasi, dan alasan kedua adalah bahwa definisi tersebut dapat mencakup
keseluruhan proses dan fenomena praktik kampanye yang terjadi dilapangan.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
kampanye merupakan sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan pencapaian
dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang
yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan
di dalam suatu kelompok,
kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan
pecapaian. Dalam sistem politik demokrasi,
kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian
dukungan, dimana wakil terpilih atau referenda diputuskan.
2.2.1 Jenis-jenis
Kampanye
1.
Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
N0. 35 Tahun 2004 Tentang Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
mengatur semua jenis atau bentuk kampanye. Ada 9 jenis kampanye yaitu:
a.
Debat publik / debat terbuka antar calon
b.
Kegiatan Lain yang tidak melanggar
peraturan perundang-undangan
c.
Pemasangan alat peraga di tempat umum
d.
Penyebaran bahan kampanye kepada umum
e.
Penyebaran melalui media cetak dan media
elektronik
f.
Penyiaran melalui radio dan atau televise
g.
Pertemuan Terbatas
h.
Rapat umum
i.
Tatap muka dan dialog
2.
Selain itu terdapat pula jenis-jenis
kampanye menurut beberapa sumber, yaitu:
1)
Product Oriented Campaigns
Kampanye
yang berorientasi pada produk, umumnya terjadi di lingkungan bisnis,
berorientasi komersial, seperti peluncuran produk baru. Kampanye ini biasanya
sekaligus bermuatan kepentingan untuk membangun citra positif terhadap produk
barang yang diperkenalkan ke publiknya. Contoh: Kampanye Bank BPR Go Public,
Kampanye Telkom Flexi.
2)
Candidate Oriented Campaigns
Kampanye
ini berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi karena hasrat untuk
kepentingan politik. Contoh: Kampanye Pemilu, Kampanye Penggalangan dana bagi
partai politik.
3)
Ideologically or cause oriented
campaigns
Jenis
kampanye ini berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan
seringkali berdimensi sosial atau Social
Change Campaigns (Kotler), yakni kampanye yg ditujukan utk menangani
masalah- masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yg terkait.
Contoh: Kampanye AIDS, Keluarga Berencana dan Donor Darah.
4)
Jenis Kampanye yang sifatnya menyerang
(attacking campaign):
·
Kampanye Negatif
Menyerang
pihak lain melalui sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan
diperdebatkan.
·
Kampanye hitam (Black campaign)
Kampanye
yang bersifat buruk atau jahat dengan cara menjatuhkan lawan politik untuk
mendapatkan keuntungan.
BAB III
PROFIL CALEG DAN WILAYAH DAERAH
PEMILIHAN
3.1 Profil
singkat caleg (Calon Legislatif)
Nama
|
:
|
Dani Hamdani
|
Tempat, Tanggal
Lahir
|
:
|
Bandung, 03 Juli 1990
|
Alamat
|
:
|
Kp. Biru RT 04 RW 04 Desa Mandalasari
Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung
|
q Pendidikan Formal
§ Sekolah Dasar Negeri Cikancung 3
§ Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Cikancung
§ Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cicalengka
§ Perguruan Tinggi UIN SGD Bandung
q Pengalaman Organisasi
§ Radio komunitas 107,8 Syifa Fm Cicalengka
§ Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Dakwah dan
Komunikasi Cab. Kabupaten Bandung
§ Forum Mahasiswa Kabupaten Bandung
§ Himpunan Mahasiswa Cicalengka
3.2 Demografi wilayah dan Karakter
Masyarakat Dapil II Jawa Barat
3.2.1
Kabupaten Bandung
a.
Demografi
Dari
sisi demografis, jumlah penduduk Kabupaten Bandung lk. 3.215.548 jiwa pada
tahun 2010 (Data BPS 2010), terdiri dari laki-laki sebanyak 1.638.623 jiwa
(50,96 %) dan perempuan sebanyak 1.576.925 jiwa (49,04 %). Jumlah ini meningkat
1,35 % dibandingkan tahun 2009, di mana pada tahun 2009 jumlah penduduk
Kabupaten Bandung mencapai lk 3.172.860 jiwa, terdiri atas : laki-laki
1.590.399 jiwa (50,13 %) dan perempuan 1.582.461 jiwa (49,87 %). Jika dilihat
dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada tahun 2010, jumlah
penduduk kelompok umur produktif (15-64 tahun) mencapai 64,89 %, jumlah
penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun) mencapai 31,17 % dan jumlah penduduk
kelompok umur tua (65 tahun ke atas) mencapai 3,94 %. Jumlah penduduk kelompok
umur produktif (15-64 tahun) mengalami penurunan sebesar 2,25 %, demikian pula
dengan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 tahun ke atas) menurun 0,44 %,
sedangkan jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun) meningkat 2,69 %.
Dari jumlah penduduk tersebut di atas, terdapat angka beban
ketergantungan (dependency ratio) sebesar 54,10 %, ini artinya pada setiap 100
penduduk produktif harus menanggung lk. 54 orang penduduk tidak produktif. Jika
dibandingkan dengan tahun 2009, dependency ratio pada tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar 5,15 poin, sedangkan dependency ratio pada tahun 2009
sebesar 48,95 %. Angka Ketergantungan (dependency ratio) diharapkan dapat
diturunkan pada tahun-tahun mendatang, dengan meningkatkan Daya saing dan
Sumber Daya Manusia Masyarakat Kabupaten Bandung.
a.
Karakter Masyarakat
Kabupaten
Bandung merupakan suatu daerah yang mayoritas penghuninya berasal dari suku
sunda. Tidak banyak pendatang yang mendiami daerah ini, suku asli masih
mendominasi daerah kabupaten Bandung. Artinya, hubungan yang terjalin diantara
masyarakat masih sangat kental dengan rasa silaturahmi.
“Urang Sunda” dikenal memiliki sifat
optimistis, ramah, sopan, dan riang. Orang sunda dikenal memiliki rasa memiliki
jiwa diplomatis yang tinggi dalam melakukan suatu hal. Seperti dikutip dari
salah satu media online (id.wikipedia.org), bahwa orang sunda adalah yang pertama kali melakukan hubungan
diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain.
Disamping
prestasi dalam bidang politik (khususnya pada awal masa kemerdekaan Indonesia)
dan ekonomi, prestasi yang cukup membanggakan adalah pada bidang budaya yaitu
banyaknya penyanyi, musisi, aktor dan aktris dari etnis Sunda, yang memiliki
prestasi di tingkat nasional, maupun internasional.
3.2.1
Kabupaten Bandung Barat
a. Demografi
Kabupaten Bandung Barat pada tahun
2007 berpenduduk sekitar 1.493.238 jiwa. dengan jumlah rumah tangga (kepala
keluarga) sebanyak 298.648 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk Kabupaten
Bandung Barat terdiri dari 758.670 jiwa penduduk laki-laki dan 734.568 jiwa
penduduk perempuan yang tersebar di kelima belas kecamatan dan 165 desa di
Kabupaten Bandung Barat. Dilihat perkecamatan, kecamatan yang paling banyak
penduduknya adalah Kecamatan Lembang dengan jumlah penduduk berjumlah 165.786
jiwa atau sebesar 11,10 % dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Bandung
Barat. Kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah Kecamatan
Rongga dengan jumlah penduduknya sebanyak 57.471 jiwa atau hanya sebesar 3,85%
dari keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat.
Karakteristik penduduk berdasarkan
ciri-ciri tertentu salah satunya dapat diklasifikasikan dari segi biologis,
yaitu jenis kelamin dan umur. Jenis kelamin dan umur merupakan karakteristik
penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap
tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi.
Di Kabupaten Bandung Barat, setiap
100 penduduk wanita terdapat 102 penduduk pria. Artinya, perbandingan antara
jumlah penduduk pria dan wanita di wilayah ini hampir sama banyak, dengan
sedikit dominasi oleh jumlah penduduk pria.
Mayoritas penduduk di Kabupaten
Bandung Barat berada dalam rentang usia produktif, yaitu 15-64 tahun. Angka
ketergantungan menunjukkan perbandingan antara banyaknya penduduk yang tidak
produktif (0-14 tahun dan lebih dari 65 tahun) dengan yang produktif. Angka
ketergantungan secara kasar dapat digunakan sebagai indikator ekonomi suatu
wilayah; semakin kecil angka ketergantungan, semakin baik keadaan ekonomi di
suatu wilayah.
Tingkat pendidikan penduduk
Kabupaten Bandung Barat mayoritas berkisar di antara tiga jenjang pendidikan
dasar yaitu SD, SLTP, dan SMU. Mayoritas penduduk (36,68%) mengenyam pendidikan
sampai Sekolah Dasar (SD) atau sederajat, diikuti SMU (22,36%) dan SLTP
(19,65%). Jumlah penduduk yang tidak tamat SD atau masih menjalani
pendidikannya pada tingkat tersebut lebih kecil daripada yang telah menamatkan
jenjang pendidikan, yaitu sebesar 15,26%. Hanya sebagian kecil penduduk
Metropolitan Bandung yang mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi,
yaitu tingkat diploma (2,46%) dan sarjana (2,35%).
b. Karakter Masyarakat
Karakter masyarakat Kabupaten
Bandung Barat tidak jauh berbeda dengan Kabupaten Bandung. Suku Sunda masih
menjadi mayoritas penduduk di daerah ini. Namun di daerah tertentu seperti di
Lembang, penduduk merupakan masyarakat asli dan masyarakat pendatang, keduanya
lumayan berimbang.
Namun yang perlu ditekankan disini
adalah mayoritas penduduk yang masih didominasi oleh suku Sunda yang memiliki
budaya menjunjung tinggi norma agama dan sosial.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Rencana Strategi Kampanye
4.1.1
Pembuatan Tim Sukses
Kegiatan kampanye merupakan kerja
sama tim. Dengan demikian banyak personil juga lembaga yang akan terlibat
didalamnya. Penentuan siapa saja yang akan terlibat sebagai pelaksana kampanye
(campaign organizer) merupakan langkah awal dalam melaksanakan kampanye.
Orang-orang yang akan menjadi personel kampanye harus diseleksi dengan teliti
dengan memperhatikan aspek motivasi, komitmen, kemampuan bekerjasama, dan
pengalaman yang bersangkutan dalam kerja sejenis.
Pembuatan tim sukses harus
disesuaikan dengan karakter masyarakat di daerah pemilihan. Selain itu, anggota
tim kamapanye harus bisa mewakili semua golongan masyarakat didaerah Kab.
Bandung dan Kab. Bandung Barat. Secara garis besar pengelompokkan masyarakat
dapat dibagi berdasarkan perspektif ekonomi, tingkat pendidikan, umur, jenis
kelamin, dan jenis pekerjaan.
Orang yang direkrut bukan hanya
mengerti tentang pengelompokkan masyarakat tersebut, namun merupakan bagian
dari kelompok tersebut. Tim sukses juga harus mampu mewakili tingkat daerah
minimal tingkat kecamatan.
Pola perekrutan tim sukses dapat
digambarkan seperti berikut :
|
Pola perekrutan apabila berdasarkan
skema tersebut, maka kita dapat merekrut minimal satu keluarga pada sebuah
kecamatan karena logikanya, dalam satu keluarga minimal dapat mewakili dua
jenis golongan masyarakat.
Peran fungsi kader PDIP DPD jabar
sangatlah penting. Himpun kader tersebut, kelompokkan pada tim –baik
berdasarkan golongan masyarakat ataupun tingkat wilayah-. Simpelnya adalah
seperti berikut :
4.2 Program Kerja
4.2.1
Konsolidasi
Internal dan Eksternal Tim Kampanye
Konsolidasi internal tim kampanye
dimulai setelah tim kampanye pusat resmi dibentuk dan disusul dengan tim
kampanye di berbagai kecamatan. Pertemuan antar tim kampanye se-Dapil II harus
diadakan untuk membahas dan mensosialisasikan mengenai strategi kampanye yang
digunakan, pendanaan kampanye, target-target yang harus dicapai, dan penyediaan
peralatan kampanye. Konsolidasi internal tim kampanye juga dilakukan dengan
cara memberikan motivasi dan pelatihan kepada pengurus partai di tingkat kecamatan
dan kelurahan mengenai cara-cara kampanye yang baik dan sesuai dengan petunjuk
teknis yang diberikan oleh tim kampanye pusat.
a. Segmentasi
Segmentasi yang dilakukan oleh tim
kampanye yiatu mengelompokkan pemilih berdasarkan ciri-ciri demografis yaitu,
usia pemilih, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, jenis pekerjaan, dan jenis
kelamin. Dari segi usia misalnya, mayoritas usia penduduk pada dapil ini adalah
kalangan produktif (15-65) yaitu sekitar 60%-70%.
b. Targeting
Apabila pola perekrutan tim kampanye
dilakukan seperti saran diatas maka target dari tim kampanye adalah semua
kalangan. Karena anggota dari tim kampanye mewakili kalangan. Tentu hal
tersebut dapat dimaksimalkan apabila semua berjalan sesuai dengan peran dan
fungsinya masing-masing.
c. Positioning
Selama kampanye berlangsung, slogan
sangatlah diperlukan untuk meanrik perhatian dari masyarakat. Slogan yang baik
adalah slogan yang bersifat persuasive. Misalkan, “SAATNYA PUTRA DAERAH BERSUARA !”, “DUKUNG PUTRA DAERAH MENJADI WAKIL DAERAH !”. Slogan-slogan seperti
itu dapat digunakan untuk daerah dapil II.
4.3 Sosialiasi Figur Caleg
Meskipun
Jalaluddin Rakhmat atau akrab dipanggil Kang Jalal telah banyak berkiprah
ditingkat nasional, namun kebanyakan masyarakat kita belum mengetahui niat baik
Kang Jalal untuk menjadi anggota legislatif. Maka dari itu sangatlah diperlukan
sosialisasi guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Sosialisasi figur caleg dapat
digambarkan seperti berikut.
a.
Sosialisasi langsung
Sosialisasi
langsung merupakan proses kampanye murni yang dilakukan tim sukses Kang Jalal
untuk menarik perhatian dan memberitahukan kepada masyarakat bahwa Kang Jalal
merupakan Caleg DPR RI Dapil II Jabar. Tentu upaya yang ditempuh adalah
pengiklanan politik melalui media massa baik elektronik maupun cetak.
Dalam
banyak kasus, ketertarikan masyarakat terhadap iklan poltik cenderung menurun.
Hal ini disebabkan oleh oknum-oknum
suksesor yang seenaknya memasang iklan politik tanpa memperhatikan
estetika, yang penting terlihat jelas singkatnya –untuk iklan politik seperti
baligo-. Tentu perilaku tersebut bukanlah untuk ditiru, apalagi mengingat Kang
Jalal merupakan orang yang berpendidikan tingga dan memiliki kredibilitas baik
pula dimata konstituennya.
Cukup
dengan memasang iklan politik ditempat yang strategis namun tidak mengganggu
tata kota dan berisi hal-hal yang menarik untuk dilihat sehingga menimbulkan
rasa simpati dari masyarakat yang melihatnya.
Begitupun
dengan sosialisasi melalui media massa. Durasi iklan yang dibuat tidak usah
panjang lebar asalkan isinya meanarik dan pesan utama dapat disampaikan serta
dimengerti oleh audiens.
b.
Sosialisasi tidak langsung
Sosialisasi
tidak langsung merupakan tahapan setelah sosialisasi langsung. Tujuannya adalah
untuk menarik perhatian masyarakat pintar. Dalam hal ini tim sukses harus
melakukan agenda setting seakan-akan Kang Jalal hadir sebagai tamu undangan
saja yang tidak memiliki kepentingan poltik. Dalam mengisi acara pun misalkan,
kang jalal tidak perlu meminta dukungan secara lisan, karena mereka sudah tahu
dari iklan-iklan politik yang tersebar.
Untuk
menjangkau daerah yang tidak terkena terpaan media massa, maka perlu dilakukan
sebuah upaya pemasaran poltik yang dibungkus dengan kegiatan social. Misalkan kang
Jalal dan tim sukses memberikan bantuan social berupa makanan pokok ke daerah
yang belum mendapat aliran listrik.
4.4 Membuat Opini Publik
Opini
publik merupakan sebuah persepsi yang kemudian diungkapkan ke permukaan oleh
masyarakat yang bersangkutan dan memiliki kepentingan terhadap objek opini
tersebut. Opini publik muncul karena suatu keadaan yang bersifat kontroversi
biasanya. Kontroversi dalam hal ini
haruslah bersifat positif agar menghasilkan opini yang positif pula.
Upaya
yang dapat ditempuh adalah melakukan kegiatan yang jarang ataupun belum pernah
dilakukan oleh Kang Jalal sehingga hal tersebut dapat menarik perhatian media.
Upaya
yang dapat dilakukan oleh tim sukses Kang Jalal untuk memunculkan kontoversi diantaranya :
1) Membenturkan
status Kang Jalal dengan hal yang bertolak belakang
Contoh : Kang Jalal sebagai tokoh agama,
ikut terlibat dalam kegiatan klub motor atau mobil dengan catatan media
diikutsertakan.
2) Membenturkan
kebiasaan dengan yang tidak biasa
Contoh : Kang Jalal merupakan Rajanya seminar
ataupun mengajar, ikut terlibat dalam pembangunan jembatan dan pembajakan
sawah.
Hal
tersebut dapat dilakukan guna menarik perhatian masyarakat. Namun, dalam semua
kegiatan tersebut sangat diperlukan peran media sebagai penyambung ke
masyarakat luas.
4.5 Pemilihan Media Kampanye
Sempat
disinggung pada pembahasan sosialisasi figur caleg, media yang digunakan dalam
proses kampanye kang jalal adalah media massa cetak dan elektronik serta
ditambah media dekade ini yang tidak boleh dilupakan yaitu media online.
ketiga
media massa ini sangatlah vital dalam hal pemasaran poltik. Apabila upaya
kampanye dilakukan tanpa menggunakan media massa, maka siap-siaplah untuk
menerima kekalahan.
Tiga
jenis media tadi juga mempunyai kekurangan dan kelebihannya berdasarkan
kecepatan, biaya produksi, ketajaman berita, dll. Kelebihan serta kekurangan
ketiga media tersebut adalah:
1)
Media Cetak
Kelebihan
:
·
Repeatable, dapat di baca berkali-kali
dengan menyimpannya atau menglipingnya.
·
Analisa lebih tajam, dapat membuat orang
benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat
membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan.
Kekurangan
:
·
Lambat, dari segi waktu media cetak
adalah yang terlambat karena media cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita
yang terjadi kepada masyarakat dan harus menunggu turun cetak. Media cetak
sering kali hanya memuat berita yang telah disebarluaskan oleh media lainnya.
·
Tidak adanya audio, media cetak hanya
berupa tulisan yang tentu saja tidak dapat didengar.
·
Visual yang terbatas, media cetak hanya
dapat memberikan visual berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi berita.
·
Produksi, biaya produksi yang cukup
mahal karena media cetak harus mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat
dinikmati masyarakat.
2) Media
Elektronik
Kelebihan
:
·
Cepat, dari segi waktu, media elektronik
tergolong cepat dalam menyebarkan berita ke masyarakat luas.
·
Ada audio visual, media elektronik
mempunyai audio visual yang memudahkan para audiensnya untuk memahami
berita.(khusus televisi)
·
Terjangkau luas, media elektronik
menjangkau masyarakat secara luas.
Kekurangan :
·
Tidak ada pengulangan, media elektronik
tidak dapat mengulang apa yang sudah ditayangkan.
3) Media
Online
Kelebihan
:
·
Sangat cepat, dari segi waktu media
online sangat cepat dalam menyampaikan beritanya.
·
Audio Visual, media online juga
mempunyai audio visual dengan melakukan streaming.
·
Praktis dan Fleksibel, media online
dapat diakses dari mana saja dan kapan saja yang kita mau.
Kekurangan
:
·
Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan
berita yang dimuat di media online biasanya tidak seakurat media lainnya.
Melihat kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki ketiga media di atas, media
online
mempunyai keunggulan dalam segi kecepatan. Kecepatan tersebut dapat mengalahkan
kedua media lainnya karena audiens sekarang lebih mengutamakan kecepatan dan
kemudahan dalam mengakses informasi, dan hal itu dimiliki oleh media online.
Melihat hal ini, prospek media online
akan sangat unggul dan dapat mengalahkan kedua jenis media lainnya. Apalagi
jika seluruh dunia dapat mengakses internet dengan mudah, otomatis media online
akan lebih sering digunakan audiens dibanding kedua jenis media lainnya.
Dari fakta tersebut tim sukses dapat
mengoptimalkan mensosialisasikan dan meminta dukungan kepada masyarakat melalui
media online terutama.
Presentase media yang digunakan :
Media yang dioptimalkan adalah media
online yaitu dengan presentase penggunaan sekitar 50%, disusul oleh media
cetak, dengan 35%, dan media elektronik 15% saja memngingat tarif harga pasang
iklan di televisi dan radio relatif tinggi.
4.6 Meraih Simpati Masyarakat Pemilih
Apabila
upaya-upaya diatas telah ditempuh dengan optimal, maka masyarakat akan
meberikan simpati terhadap kang Jalal. Namun yang perlu diketahui adalah
karakter masyarakat dapil II yang mulai apatis terhadap keberadaan partai
politik haruslah menjadi pertimbangan. Hal ini merupakan efek domino dari
oknum-okmun calon yang kini menduduki kursi mewah di gedung DPR sana yang tidak
memenuhi janji mereka ketika menyuarakan meminta dukungan kepada masyarakat.
Tentu hal ini perlu ditanggapi seirus dan membutuhkan suatu pendekatan yang
berkala. Percuma saja pun kalau diberi “uang”
toh mereka belum tentu memilih.
Untuk
menangani hal ini, tim sukses memerlukan suatu pendekatan yang halus, tidak
langsung mengajak masyarakat untuk memilih, namun menjalin dulu hubungan
emosional dengan mereka.
Upaya
yang dapat ditempuh misalkam :
1) Mengadakan
pengajian rutin mengingat Kang Jalal merupakan tokoh agama
2) Membimbing
kalangan muda.
3) Mendekati
tokoh masyarakat sehingga tokoh atau aparat pemerintah setempat mengijinkan tim
sukses mengadakan acara.
4) Mengadakan
diskusi ringan yang melibatkan banyak orang, dsbnya
Apabila
masyarakat merasa telah terikat oleh upaya-upaya yang dilakukan, maka mereka
tidak perlu diminta pun akan memnerikan simpati tehadap kang Jalal.
4.7 Evaluasi Program
Evaluasi kampanye dapat
dikategorikan dalam empat tingkat sebagai berikut :
a. Tingkatan kampanye (Campaign Level)
Pada tingkatan kampanye kita ingin
mengetahui apakah khalayak sasaran terterpa kegiatan kampanye yang dilakukan
atau tidak. Dengan demikian pertanyaan pokok untuk evaluasi tingkat ini adalah
“apakah kampanye yang dilakukan dapat menjangkau khalayak sasaran yang
ditetapkan? Dan apakah khalayak memberi perhatian pada kampanye tersebut? Untuk
menjawab pertanyaan ini dapat menggunakan metode survei.
b. Tingkatan sikap (attitude level)
Pada tingkatan sikap evaluasi dapat
dilakukan dengan menggunakan metode survei atau uji sederhana (simple test).
Metode survei digunakan untuk sampel dalam jumlah besar, sementara tes
sederhana umumnya digunakan untuk kelompok sasaran yang terbatas, yang juga
sangat populer untuk mengukur pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh
sebagai akibat diselenggarakannya kampanye. Dalam perspektif Ostergaard,
terdapat empat aspek yang terkait dengan evaluasi pada tingkatan sikap yakni
aspek Kognitif (pengetahuan, kesadaran, kepercayaan, dan sebagainya), Afektif
(kesukaan, simpati, penghargaan, dukungan dan sebagainya), Konatif (komitmen
untuk bertindak) dan aspek keterampilan atau skill.
c. Tingkatan perilaku
Para ahi kampanye memandang
tingkatan perilaku sebagai tingkat yang paling penting dalam kebanyakan
evaluasi kampanye. Sayangnya jenis evaluasi
ini sering diabaikan atau dilakukan sekadarnya dengan mengamati realitas
permukaan (superficial reality).
Untuk menepis dugaan para teoritis,
maka kita memerlukan survey untuk mendapatkan informasi yang valid tentang
masyarakat yang telah kita dekati, apakah masih selaras dengan kita atau mulai
melenceng. Apabila mulai melenceng maka kita perlu melakukan pendekatan ulang sebelum
hari pemilihan. Tetapi perlu hati-hati juga dalam menentukan langkah. Jangan
samapai langkah kita terbaca oleh lawan polotik sehingga mereka mudah untuk
megalahkan kita.
d. Tingkatan masalah
Tingkat evaluasi yang terakhir
adalah tingkatan masalah. Pada tingkat ini evaluasi dapat dilakukan dengan
mudah atau sebaliknya sangat sulit dan memakan waktu lama. Problem atau masalah
disini diartikan sebagai kesenjangan antara kenyataan dengan harapan atau
dengan yang seharusnya terjadi. Yang sering menjadi pertanyaan dalam evaluasi
pada tingkatan problem ini adalah, apakah yang akan diukur efek jangka pendek
atau jangka panjang? Kapan harus melakukan evaluasi, segera setelah kampanye
berakhir atau beberapa tahun kemudian?
Maka yang kita perlukan adalah
keterbukaan dan kejujuran saat menjalankan program, sehingga tidak perlu
ketakutan saat melakukan evaluasi.
4.8 Memelihara dan merawat dukungan
suara, menjaga hasil suara di tingkat TPS, PPS, PPK, KPU
Untuk
menempuh upaya tersebut membutuhkan
sangat banyak suku-suku politik. Suku-suku politik yang dimaksud dapat
digambarkan sebagai berikut :
Setiap
kotak pada gambar tersebut memiliki turunan, pola kerja pada skema tersebut
diadopsi dari perhitungang yang menggunakan pohon faktor. Sehingga apabila
semua kader dan relawan bekerja sesuai dengan koridornya, dukungan suara akan
dapat terlihat dan terkendali.
Pada
hari-hari terakhir mendekati waktu pemilihan, biasanya terjadi serangan fajar
dari masing-masing calon. Untuk menanggulangi hal tersebut maka perlu diadakan
pengawasan terhadap calon konstituen. Intinya harus bisa saloin kordinasi dan
komunikasi antar semua elemen.
BAB V
PENUTUP
Strategi itu pada hakikatnya adalah
suatu perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan
tertentu dalam praktik operasionalnya. Komunikasi secara efektif adalah sebagai
berikut:
·
Bagaimana
mengubah sikap (how to change the attitude)
·
Mengubah opini
(to change the opinion)
·
Mengubah
perilaku (to change behavior)
Strategi kampanye dibutuhkan untuk proses pemenangan
politik dalam suatu kampanye politik. Kegiatan kampanye merupakan kerja sama tim. Dengan demikian
banyak personil juga lembaga yang akan terlibat didalamnya. Penentuan siapa
saja yang akan terlibat sebagai pelaksana kampanye (campaign organizer)
merupakan langkah awal dalam melaksanakan kampanye. Orang-orang yang akan
menjadi personel kampanye harus diseleksi dengan teliti dengan memperhatikan
aspek motivasi, komitmen, kemampuan bekerjasama, dan pengalaman yang
bersangkutan dalam kerja sejenis.
Pembuatan tim sukses harus
disesuaikan dengan karakter masyarakat di daerah pemilihan. Selain itu, anggota
tim kampanye harus bisa mewakili semua golongan masyarakat didaerah Kab.
Bandung dan Kab. Bandung Barat. Secara garis besar pengelompokkan masyarakat
dapat dibagi berdasarkan perspektif ekonomi, tingkat pendidikan, umur, jenis
kelamin, dan jenis pekerjaan.
Upaya-upaya yang ditempuh merupakan
suatu jalan pembelajaran politik bagi para politisi maupun calon politisi
dengan meminimalisir kecacadan dan kejahatan poltik.
Daftar Pustaka
Dan
Nimmo. 1993. Komunikasi Politik:
Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: Rosda
http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi {diakses
tanggal 14 Oktober 2013}
No comments:
Post a Comment