Monday 16 December 2013

Strategi Kampanye Politik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kampanye merupakan kegiatan mempersuasi pemilih yang bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas. Pemilihan legislatif sebagai salah satu event pemilu yang secara serentak diadakan di seluruh Indonesia ikut meramaikan dinamika politik khususnya pada pemilu 2009. Para caleg yang ikut serta dalam pemilihan legislatif tentunya memiliki cara kampanye yang berbeda dengan caleg lainnya. Kampanye yang merupakan sarana untuk pencapaian cita-cita politik. strategi menjadi akan menjadi sangat penting guna pemenangan pemilu serta cita-cita yang diinginkan caleg dan partai partai pengusung untuk kedepannya. Pada pemilu 2009, partai-partai dan para caleg bersaing ketat untuk mendpatkan kursi legislatif serta target-target tertentu yang diinginkan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi kampanye yang dilakukan oleh para mayoritas caleg dalam pemilu legislatif 2009, sehingga berhasil mendapatkan kursi di legislatif.
Dewasa ini, fenomena-fenomena baru yang unik mengenai pelaksanaan kampanye itu sendiri. Banyak pergeseran pola pikir masyarakat maupun para politisi dalam menyikapi event 5 tahunan tersebut. Pergeseran itu sendiri banyak dipengaruhi oleh kemajuan zaman maupun kondisi sosial ekonomi yang terus berkembang. Fenomena kampanye antara lain juga dapat di ketahui melalui:
1.        Adanya temuan perbedaan dana kampanye yang tersedia (yang dilaporkan) dengan dana kampanye yang digunakan; (Tidak bermanfaat bagi rakyat/manfaat sesaat bersifat generik dan investasi politik bagi pengusaha)
2.        Kampanye ternyata memerlukan dana yang luar biasa besar (Apakah makin dana besar untuk kampanye makin efektif?)

Karena hal-hal tersebut diatas lah yang juga dapat dibaca oleh masyarakat sebagai sebuah temuan fakta baru yang akan menjadikan perubahan persepsi tersendiri bagi masyarakat sebagai objek kampanye secara utuh. Oleh karena itu, maka rasa tidak puas publik kepada kampanye menurut Lipsitz menyarankan kampanye diarahkan pada diskusi yang lebih substansial tentang isu-isu kampanye, memeperbaharui cara peliputan kampanye, sampai mengusulkan agar para kandidat/politisi mendatangani codes of conduct (tata cara bertingkah laku dalam kampanye) yang mengharuskan wacana kampanye yang lebih humanis tidak provokatif.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa definisi dari Strategi?
b.      Apa definisi dari Kampanye?
c.       Seperti apa Strategi Kampanye yang dilakukan?
d.      Bagaimana pelaksanaan Strategi Kampanye?

1.3  Tujuan Penulisan
a.       Mengetahui definisi Strategi
b.      Mengetahui definisi Kampanye
c.       Mengetahui Strategi Kampanye yang dilakukan
d.      Menganalisis Strategi Kampanye yang dilakukan Calon Legislatif (caleg)



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1    Definisi Strategi
Kata "strategi" adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, stratēgos. Adapun stratēgos dapat diterjemahkan sebagai 'komandan militer' pada zaman demokrasi Athena. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
Berikut adalah beberapa pendapat menurut para ahli mengenai strategi yaitu, menurut (Rangkuti, 2009, p3), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan. Tujuan utamanya adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas fungsi manajemen, konsumen, distributor, dan pesaing. Jadi, perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada. Untuk memahami konsep perencanaan strategis, kita perlu memahami pengertian konsep mengenai strategi.
Menurut Mintzberg (2007), konsep strategi itu sekurang-kurangnya mencakup lima arti yang saling terkait, dimana strategi adalah suatu:
1.      Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya.
2.      Acuan yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsistensi perilaku serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi.
3.      Sudut yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan aktivitasnya.
4.      Suatu perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara organisasi dengan lingkungannya yang menjadi batas bagi aktivitasnya.
5.      Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk mengelabui para pesaing.
Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut.Contoh berikut menggambarkan perbedaannya, "Strategi untuk memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu pertandingan".
Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dan lain-lain.

2.2    Definisi Kampanye
Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu” (Venus, 2004:7).
Beberapa ahli komunikasi mengakui bahwa definisi yang diberikan Rogers dan Storey adalah yang paling popular dan dapat diterima dikalangan ilmuwan komunikasi (Grossberg, 1998; Snyder, 2002; Klingemann & Rommele, 2002). Hal ini didasarkan kepada dua alasan. Pertama, definisi tersebut secara tegas menyatakan bahwa kampanye merupakan wujud tindakan komunikasi, dan alasan kedua adalah bahwa definisi tersebut dapat mencakup keseluruhan proses dan fenomena praktik kampanye yang terjadi dilapangan.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kampanye merupakan sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Dalam sistem politik demokrasi, kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian dukungan, dimana wakil terpilih atau referenda diputuskan.

2.2.1   Jenis-jenis Kampanye
1.        Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) N0. 35 Tahun 2004 Tentang Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden mengatur semua jenis atau bentuk kampanye. Ada 9 jenis kampanye yaitu:
a.       Debat publik / debat terbuka antar calon
b.      Kegiatan Lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan
c.       Pemasangan alat peraga di tempat umum
d.      Penyebaran bahan kampanye kepada umum
e.       Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik
f.       Penyiaran melalui radio dan atau televise
g.      Pertemuan Terbatas
h.      Rapat umum
i.        Tatap muka dan dialog
2.        Selain itu terdapat pula jenis-jenis kampanye menurut beberapa sumber, yaitu:
1)      Product Oriented Campaigns
Kampanye yang berorientasi pada produk, umumnya terjadi di lingkungan bisnis, berorientasi komersial, seperti peluncuran produk baru. Kampanye ini biasanya sekaligus bermuatan kepentingan untuk membangun citra positif terhadap produk barang yang diperkenalkan ke publiknya. Contoh: Kampanye Bank BPR Go Public, Kampanye Telkom Flexi.


2)      Candidate Oriented Campaigns
Kampanye ini berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi karena hasrat untuk kepentingan politik. Contoh: Kampanye Pemilu, Kampanye Penggalangan dana bagi partai politik.
3)      Ideologically or cause oriented campaigns
Jenis kampanye ini berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi sosial atau Social Change Campaigns (Kotler), yakni kampanye yg ditujukan utk menangani masalah- masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yg terkait. Contoh: Kampanye AIDS, Keluarga Berencana dan Donor Darah.
4)      Jenis Kampanye yang sifatnya menyerang (attacking campaign):
·           Kampanye Negatif
Menyerang pihak lain melalui sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan diperdebatkan.
·           Kampanye hitam (Black campaign)
Kampanye yang bersifat buruk atau jahat dengan cara menjatuhkan lawan politik untuk mendapatkan keuntungan.



BAB III
PROFIL CALEG DAN WILAYAH DAERAH PEMILIHAN

3.1    Profil singkat caleg (Calon Legislatif)
Nama
:
Dani Hamdani
Tempat, Tanggal Lahir
:
Bandung, 03 Juli 1990
Alamat
:
Kp. Biru RT 04 RW 04 Desa Mandalasari Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung

q  Pendidikan Formal
§  Sekolah Dasar Negeri Cikancung 3
§  Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Cikancung
§  Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cicalengka
§  Perguruan Tinggi UIN SGD Bandung

q  Pengalaman Organisasi

§  Radio komunitas 107,8 Syifa Fm Cicalengka
§  Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Dakwah dan Komunikasi Cab. Kabupaten Bandung
§  Forum Mahasiswa Kabupaten Bandung
§  Himpunan Mahasiswa Cicalengka



3.2  Demografi wilayah dan Karakter Masyarakat Dapil II Jawa Barat
3.2.1        Kabupaten Bandung
a.       Demografi
Dari sisi demografis, jumlah penduduk Kabupaten Bandung lk. 3.215.548 jiwa pada tahun 2010 (Data BPS 2010), terdiri dari laki-laki sebanyak 1.638.623 jiwa (50,96 %) dan perempuan sebanyak 1.576.925 jiwa (49,04 %). Jumlah ini meningkat 1,35 % dibandingkan tahun 2009, di mana pada tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Bandung mencapai lk 3.172.860 jiwa, terdiri atas : laki-laki 1.590.399 jiwa (50,13 %) dan perempuan 1.582.461 jiwa (49,87 %). Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada tahun 2010, jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 tahun) mencapai 64,89 %, jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun) mencapai 31,17 % dan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 tahun ke atas) mencapai 3,94 %. Jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 tahun) mengalami penurunan sebesar 2,25 %, demikian pula dengan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 tahun ke atas) menurun 0,44 %, sedangkan jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun) meningkat 2,69 %.
Dari jumlah penduduk tersebut di atas, terdapat angka beban ketergantungan (dependency ratio) sebesar 54,10 %, ini artinya pada setiap 100 penduduk produktif harus menanggung lk. 54 orang penduduk tidak produktif. Jika dibandingkan dengan tahun 2009, dependency ratio pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 5,15 poin, sedangkan dependency ratio pada tahun 2009 sebesar 48,95 %. Angka Ketergantungan (dependency ratio) diharapkan dapat diturunkan pada tahun-tahun mendatang, dengan meningkatkan Daya saing dan Sumber Daya Manusia Masyarakat Kabupaten Bandung.
a.       Karakter Masyarakat
Kabupaten Bandung merupakan suatu daerah yang mayoritas penghuninya berasal dari suku sunda. Tidak banyak pendatang yang mendiami daerah ini, suku asli masih mendominasi daerah kabupaten Bandung. Artinya, hubungan yang terjalin diantara masyarakat masih sangat kental dengan rasa silaturahmi.
Urang Sunda” dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang. Orang sunda dikenal memiliki rasa memiliki jiwa diplomatis yang tinggi dalam melakukan suatu hal. Seperti dikutip dari salah satu media online (id.wikipedia.org), bahwa orang sunda adalah yang pertama kali melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain.
Disamping prestasi dalam bidang politik (khususnya pada awal masa kemerdekaan Indonesia) dan ekonomi, prestasi yang cukup membanggakan adalah pada bidang budaya yaitu banyaknya penyanyi, musisi, aktor dan aktris dari etnis Sunda, yang memiliki prestasi di tingkat nasional, maupun internasional.
3.2.1        Kabupaten Bandung Barat
a.       Demografi
Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2007 berpenduduk sekitar 1.493.238 jiwa. dengan jumlah rumah tangga (kepala keluarga) sebanyak 298.648 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 758.670 jiwa penduduk laki-laki dan 734.568 jiwa penduduk perempuan yang tersebar di kelima belas kecamatan dan 165 desa di Kabupaten Bandung Barat. Dilihat perkecamatan, kecamatan yang paling banyak penduduknya adalah Kecamatan Lembang dengan jumlah penduduk berjumlah 165.786 jiwa atau sebesar 11,10 % dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah Kecamatan Rongga dengan jumlah penduduknya sebanyak 57.471 jiwa atau hanya sebesar 3,85% dari keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat.
Karakteristik penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu salah satunya dapat diklasifikasikan dari segi biologis, yaitu jenis kelamin dan umur. Jenis kelamin dan umur merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi.
Di Kabupaten Bandung Barat, setiap 100 penduduk wanita terdapat 102 penduduk pria. Artinya, perbandingan antara jumlah penduduk pria dan wanita di wilayah ini hampir sama banyak, dengan sedikit dominasi oleh jumlah penduduk pria.
Mayoritas penduduk di Kabupaten Bandung Barat berada dalam rentang usia produktif, yaitu 15-64 tahun. Angka ketergantungan menunjukkan perbandingan antara banyaknya penduduk yang tidak produktif (0-14 tahun dan lebih dari 65 tahun) dengan yang produktif. Angka ketergantungan secara kasar dapat digunakan sebagai indikator ekonomi suatu wilayah; semakin kecil angka ketergantungan, semakin baik keadaan ekonomi di suatu wilayah.
Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Bandung Barat mayoritas berkisar di antara tiga jenjang pendidikan dasar yaitu SD, SLTP, dan SMU. Mayoritas penduduk (36,68%) mengenyam pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD) atau sederajat, diikuti SMU (22,36%) dan SLTP (19,65%). Jumlah penduduk yang tidak tamat SD atau masih menjalani pendidikannya pada tingkat tersebut lebih kecil daripada yang telah menamatkan jenjang pendidikan, yaitu sebesar 15,26%. Hanya sebagian kecil penduduk Metropolitan Bandung yang mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi, yaitu tingkat diploma (2,46%) dan sarjana (2,35%).
b.      Karakter Masyarakat
Karakter masyarakat Kabupaten Bandung Barat tidak jauh berbeda dengan Kabupaten Bandung. Suku Sunda masih menjadi mayoritas penduduk di daerah ini. Namun di daerah tertentu seperti di Lembang, penduduk merupakan masyarakat asli dan masyarakat pendatang, keduanya lumayan berimbang.
Namun yang perlu ditekankan disini adalah mayoritas penduduk yang masih didominasi oleh suku Sunda yang memiliki budaya menjunjung tinggi norma agama dan sosial.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Rencana Strategi Kampanye

4.1.1        Pembuatan Tim Sukses
Kegiatan kampanye merupakan kerja sama tim. Dengan demikian banyak personil juga lembaga yang akan terlibat didalamnya. Penentuan siapa saja yang akan terlibat sebagai pelaksana kampanye (campaign organizer) merupakan langkah awal dalam melaksanakan kampanye. Orang-orang yang akan menjadi personel kampanye harus diseleksi dengan teliti dengan memperhatikan aspek motivasi, komitmen, kemampuan bekerjasama, dan pengalaman yang bersangkutan dalam kerja sejenis.
Pembuatan tim sukses harus disesuaikan dengan karakter masyarakat di daerah pemilihan. Selain itu, anggota tim kamapanye harus bisa mewakili semua golongan masyarakat didaerah Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat. Secara garis besar pengelompokkan masyarakat dapat dibagi berdasarkan perspektif ekonomi, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan.
Orang yang direkrut bukan hanya mengerti tentang pengelompokkan masyarakat tersebut, namun merupakan bagian dari kelompok tersebut. Tim sukses juga harus mampu mewakili tingkat daerah minimal tingkat kecamatan.
Pola perekrutan tim sukses dapat digambarkan seperti berikut :

 
Pola perekrutan apabila berdasarkan skema tersebut, maka kita dapat merekrut minimal satu keluarga pada sebuah kecamatan karena logikanya, dalam satu keluarga minimal dapat mewakili dua jenis golongan masyarakat.
Peran fungsi kader PDIP DPD jabar sangatlah penting. Himpun kader tersebut, kelompokkan pada tim –baik berdasarkan golongan masyarakat ataupun tingkat wilayah-. Simpelnya adalah seperti berikut :


4.2  Program Kerja
4.2.1        Konsolidasi Internal dan Eksternal Tim Kampanye
Konsolidasi internal tim kampanye dimulai setelah tim kampanye pusat resmi dibentuk dan disusul dengan tim kampanye di berbagai kecamatan. Pertemuan antar tim kampanye se-Dapil II harus diadakan untuk membahas dan mensosialisasikan mengenai strategi kampanye yang digunakan, pendanaan kampanye, target-target yang harus dicapai, dan penyediaan peralatan kampanye. Konsolidasi internal tim kampanye juga dilakukan dengan cara memberikan motivasi dan pelatihan kepada pengurus partai di tingkat kecamatan dan kelurahan mengenai cara-cara kampanye yang baik dan sesuai dengan petunjuk teknis yang diberikan oleh tim kampanye pusat.

a.       Segmentasi
Segmentasi yang dilakukan oleh tim kampanye yiatu mengelompokkan pemilih berdasarkan ciri-ciri demografis yaitu, usia pemilih, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin. Dari segi usia misalnya, mayoritas usia penduduk pada dapil ini adalah kalangan produktif (15-65) yaitu sekitar 60%-70%.
b.      Targeting
Apabila pola perekrutan tim kampanye dilakukan seperti saran diatas maka target dari tim kampanye adalah semua kalangan. Karena anggota dari tim kampanye mewakili kalangan. Tentu hal tersebut dapat dimaksimalkan apabila semua berjalan sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing.
c.       Positioning
Selama kampanye berlangsung, slogan sangatlah diperlukan untuk meanrik perhatian dari masyarakat. Slogan yang baik adalah slogan yang bersifat persuasive. Misalkan, “SAATNYA PUTRA DAERAH BERSUARA !”, “DUKUNG PUTRA DAERAH MENJADI WAKIL DAERAH !”. Slogan-slogan seperti itu dapat digunakan untuk daerah dapil II.

4.3  Sosialiasi Figur Caleg
Meskipun Jalaluddin Rakhmat atau akrab dipanggil Kang Jalal telah banyak berkiprah ditingkat nasional, namun kebanyakan masyarakat kita belum mengetahui niat baik Kang Jalal untuk menjadi anggota legislatif. Maka dari itu sangatlah diperlukan sosialisasi guna mencapai tujuan yang diinginkan.



Sosialisasi figur caleg dapat digambarkan seperti berikut.
a.       Sosialisasi langsung
Sosialisasi langsung merupakan proses kampanye murni yang dilakukan tim sukses Kang Jalal untuk menarik perhatian dan memberitahukan kepada masyarakat bahwa Kang Jalal merupakan Caleg DPR RI Dapil II Jabar. Tentu upaya yang ditempuh adalah pengiklanan politik melalui media massa baik elektronik maupun cetak.
Dalam banyak kasus, ketertarikan masyarakat terhadap iklan poltik cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh oknum-oknum  suksesor yang seenaknya memasang iklan politik tanpa memperhatikan estetika, yang penting terlihat jelas singkatnya –untuk iklan politik seperti baligo-. Tentu perilaku tersebut bukanlah untuk ditiru, apalagi mengingat Kang Jalal merupakan orang yang berpendidikan tingga dan memiliki kredibilitas baik pula dimata konstituennya.
Cukup dengan memasang iklan politik ditempat yang strategis namun tidak mengganggu tata kota dan berisi hal-hal yang menarik untuk dilihat sehingga menimbulkan rasa simpati dari masyarakat yang melihatnya.
Begitupun dengan sosialisasi melalui media massa. Durasi iklan yang dibuat tidak usah panjang lebar asalkan isinya meanarik dan pesan utama dapat disampaikan serta dimengerti oleh audiens.


b.      Sosialisasi tidak langsung
Sosialisasi tidak langsung merupakan tahapan setelah sosialisasi langsung. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian masyarakat pintar. Dalam hal ini tim sukses harus melakukan agenda setting seakan-akan Kang Jalal hadir sebagai tamu undangan saja yang tidak memiliki kepentingan poltik. Dalam mengisi acara pun misalkan, kang jalal tidak perlu meminta dukungan secara lisan, karena mereka sudah tahu dari iklan-iklan politik yang tersebar.
Untuk menjangkau daerah yang tidak terkena terpaan media massa, maka perlu dilakukan sebuah upaya pemasaran poltik yang dibungkus dengan kegiatan social. Misalkan kang Jalal dan tim sukses memberikan bantuan social berupa makanan pokok ke daerah yang belum mendapat aliran listrik.

4.4  Membuat Opini Publik
Opini publik merupakan sebuah persepsi yang kemudian diungkapkan ke permukaan oleh masyarakat yang bersangkutan dan memiliki kepentingan terhadap objek opini tersebut. Opini publik muncul karena suatu keadaan yang bersifat kontroversi biasanya.  Kontroversi dalam hal ini haruslah bersifat positif agar menghasilkan opini yang positif pula.
Upaya yang dapat ditempuh adalah melakukan kegiatan yang jarang ataupun belum pernah dilakukan oleh Kang Jalal sehingga hal tersebut dapat menarik perhatian media.
Upaya yang dapat dilakukan oleh tim sukses Kang Jalal untuk  memunculkan kontoversi diantaranya :
1)      Membenturkan status Kang Jalal dengan hal yang bertolak belakang
Contoh : Kang Jalal sebagai tokoh agama, ikut terlibat dalam kegiatan klub motor atau mobil dengan catatan media diikutsertakan.
2)      Membenturkan kebiasaan dengan yang tidak biasa
Contoh : Kang Jalal merupakan Rajanya seminar ataupun mengajar, ikut terlibat dalam pembangunan jembatan dan pembajakan sawah.
Hal tersebut dapat dilakukan guna menarik perhatian masyarakat. Namun, dalam semua kegiatan tersebut sangat diperlukan peran media sebagai penyambung ke masyarakat luas.

4.5  Pemilihan Media Kampanye
Sempat disinggung pada pembahasan sosialisasi figur caleg, media yang digunakan dalam proses kampanye kang jalal adalah media massa cetak dan elektronik serta ditambah media dekade ini yang tidak boleh dilupakan yaitu media online.
ketiga media massa ini sangatlah vital dalam hal pemasaran poltik. Apabila upaya kampanye dilakukan tanpa menggunakan media massa, maka siap-siaplah untuk menerima kekalahan.
Tiga jenis media tadi juga mempunyai kekurangan dan kelebihannya berdasarkan kecepatan, biaya produksi, ketajaman berita, dll. Kelebihan serta kekurangan ketiga media tersebut adalah:
1)      Media Cetak
Kelebihan :
·         Repeatable, dapat di baca berkali-kali dengan menyimpannya atau menglipingnya.
·         Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan.
Kekurangan :
·         Lambat, dari segi waktu media cetak adalah yang terlambat karena media cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita yang terjadi kepada masyarakat dan harus menunggu turun cetak. Media cetak sering kali hanya memuat berita yang telah disebarluaskan oleh media lainnya.
·         Tidak adanya audio, media cetak hanya berupa tulisan yang tentu saja tidak dapat didengar.
·         Visual yang terbatas, media cetak hanya dapat memberikan visual berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi berita.
·         Produksi, biaya produksi yang cukup mahal karena media cetak harus mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati masyarakat.

2)      Media Elektronik
Kelebihan :
·         Cepat, dari segi waktu, media elektronik tergolong cepat dalam menyebarkan berita ke masyarakat luas.
·         Ada audio visual, media elektronik mempunyai audio visual yang memudahkan para audiensnya untuk memahami berita.(khusus televisi)
·         Terjangkau luas, media elektronik menjangkau masyarakat secara luas.
 Kekurangan :
·         Tidak ada pengulangan, media elektronik tidak dapat mengulang apa yang sudah ditayangkan.

3)      Media Online
Kelebihan :
·         Sangat cepat, dari segi waktu media online sangat cepat dalam menyampaikan beritanya.
·         Audio Visual, media online juga mempunyai audio visual dengan melakukan streaming.
·         Praktis dan Fleksibel, media online dapat diakses dari mana saja dan kapan saja yang kita mau.
Kekurangan :
·         Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan berita yang dimuat di media online biasanya tidak seakurat media lainnya.

Melihat kekurangan dan kelebihan yang dimiliki ketiga media di atas, media
online mempunyai keunggulan dalam segi kecepatan. Kecepatan tersebut dapat mengalahkan kedua media lainnya karena audiens sekarang lebih mengutamakan kecepatan dan kemudahan dalam mengakses informasi, dan hal itu dimiliki oleh media online.
Melihat hal ini, prospek media online akan sangat unggul dan dapat mengalahkan kedua jenis media lainnya. Apalagi jika seluruh dunia dapat mengakses internet dengan mudah, otomatis media online akan lebih sering digunakan audiens dibanding kedua jenis media lainnya.
Dari fakta tersebut tim sukses dapat mengoptimalkan mensosialisasikan dan meminta dukungan kepada masyarakat melalui media online terutama.
Presentase media yang digunakan :
                                                                                                                           
Media yang dioptimalkan adalah media online yaitu dengan presentase penggunaan sekitar 50%, disusul oleh media cetak, dengan 35%, dan media elektronik 15% saja memngingat tarif harga pasang iklan di televisi dan radio relatif tinggi.

4.6  Meraih Simpati Masyarakat Pemilih
Apabila upaya-upaya diatas telah ditempuh dengan optimal, maka masyarakat akan meberikan simpati terhadap kang Jalal. Namun yang perlu diketahui adalah karakter masyarakat dapil II yang mulai apatis terhadap keberadaan partai politik haruslah menjadi pertimbangan. Hal ini merupakan efek domino dari oknum-okmun calon yang kini menduduki kursi mewah di gedung DPR sana yang tidak memenuhi janji mereka ketika menyuarakan meminta dukungan kepada masyarakat. Tentu hal ini perlu ditanggapi seirus dan membutuhkan suatu pendekatan yang berkala. Percuma saja pun kalau diberi “uang” toh mereka belum tentu memilih.
Untuk menangani hal ini, tim sukses memerlukan suatu pendekatan yang halus, tidak langsung mengajak masyarakat untuk memilih, namun menjalin dulu hubungan emosional dengan mereka.
Upaya yang dapat ditempuh misalkam :
1)      Mengadakan pengajian rutin mengingat Kang Jalal merupakan tokoh agama
2)      Membimbing kalangan muda.
3)      Mendekati tokoh masyarakat sehingga tokoh atau aparat pemerintah setempat mengijinkan tim sukses mengadakan acara.
4)      Mengadakan diskusi ringan yang melibatkan banyak orang, dsbnya
Apabila masyarakat merasa telah terikat oleh upaya-upaya yang dilakukan, maka mereka tidak perlu diminta pun akan memnerikan simpati tehadap kang Jalal.

4.7  Evaluasi Program
Evaluasi kampanye dapat dikategorikan dalam empat tingkat sebagai berikut :
a.       Tingkatan kampanye (Campaign Level)
Pada tingkatan kampanye kita ingin mengetahui apakah khalayak sasaran terterpa kegiatan kampanye yang dilakukan atau tidak. Dengan demikian pertanyaan pokok untuk evaluasi tingkat ini adalah “apakah kampanye yang dilakukan dapat menjangkau khalayak sasaran yang ditetapkan? Dan apakah khalayak memberi perhatian pada kampanye tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini dapat menggunakan metode survei.

b.      Tingkatan sikap (attitude level)
Pada tingkatan sikap evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei atau uji sederhana (simple test). Metode survei digunakan untuk sampel dalam jumlah besar, sementara tes sederhana umumnya digunakan untuk kelompok sasaran yang terbatas, yang juga sangat populer untuk mengukur pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh sebagai akibat diselenggarakannya kampanye. Dalam perspektif Ostergaard, terdapat empat aspek yang terkait dengan evaluasi pada tingkatan sikap yakni aspek Kognitif (pengetahuan, kesadaran, kepercayaan, dan sebagainya), Afektif (kesukaan, simpati, penghargaan, dukungan dan sebagainya), Konatif (komitmen untuk bertindak) dan aspek keterampilan atau skill.

c.       Tingkatan perilaku
Para ahi kampanye memandang tingkatan perilaku sebagai tingkat yang paling penting dalam kebanyakan evaluasi kampanye. Sayangnya jenis evaluasi  ini sering diabaikan atau dilakukan sekadarnya dengan mengamati realitas permukaan (superficial reality).
Untuk menepis dugaan para teoritis, maka kita memerlukan survey untuk mendapatkan informasi yang valid tentang masyarakat yang telah kita dekati, apakah masih selaras dengan kita atau mulai melenceng. Apabila mulai melenceng maka kita perlu melakukan pendekatan ulang sebelum hari pemilihan. Tetapi perlu hati-hati juga dalam menentukan langkah. Jangan samapai langkah kita terbaca oleh lawan polotik sehingga mereka mudah untuk megalahkan kita.

d.      Tingkatan masalah
Tingkat evaluasi yang terakhir adalah tingkatan masalah. Pada tingkat ini evaluasi dapat dilakukan dengan mudah atau sebaliknya sangat sulit dan memakan waktu lama. Problem atau masalah disini diartikan sebagai kesenjangan antara kenyataan dengan harapan atau dengan yang seharusnya terjadi. Yang sering menjadi pertanyaan dalam evaluasi pada tingkatan problem ini adalah, apakah yang akan diukur efek jangka pendek atau jangka panjang? Kapan harus melakukan evaluasi, segera setelah kampanye berakhir atau beberapa tahun kemudian?
Maka yang kita perlukan adalah keterbukaan dan kejujuran saat menjalankan program, sehingga tidak perlu ketakutan saat melakukan evaluasi.

4.8  Memelihara dan merawat dukungan suara, menjaga hasil suara di tingkat TPS, PPS, PPK, KPU
Untuk menempuh upaya  tersebut membutuhkan sangat banyak suku-suku politik. Suku-suku politik yang dimaksud dapat digambarkan sebagai berikut :
 














                                                                                   

Setiap kotak pada gambar tersebut memiliki turunan, pola kerja pada skema tersebut diadopsi dari perhitungang yang menggunakan pohon faktor. Sehingga apabila semua kader dan relawan bekerja sesuai dengan koridornya, dukungan suara akan dapat terlihat dan terkendali.
Pada hari-hari terakhir mendekati waktu pemilihan, biasanya terjadi serangan fajar dari masing-masing calon. Untuk menanggulangi hal tersebut maka perlu diadakan pengawasan terhadap calon konstituen. Intinya harus bisa saloin kordinasi dan komunikasi antar semua elemen.



BAB V
PENUTUP

Strategi itu pada hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktik operasionalnya. Komunikasi secara efektif adalah sebagai berikut:
·         Bagaimana mengubah sikap (how to change the attitude)
·         Mengubah opini (to change the opinion)
·         Mengubah perilaku (to change behavior)
Strategi kampanye dibutuhkan untuk proses pemenangan politik dalam suatu kampanye politik. Kegiatan kampanye merupakan kerja sama tim. Dengan demikian banyak personil juga lembaga yang akan terlibat didalamnya. Penentuan siapa saja yang akan terlibat sebagai pelaksana kampanye (campaign organizer) merupakan langkah awal dalam melaksanakan kampanye. Orang-orang yang akan menjadi personel kampanye harus diseleksi dengan teliti dengan memperhatikan aspek motivasi, komitmen, kemampuan bekerjasama, dan pengalaman yang bersangkutan dalam kerja sejenis.
Pembuatan tim sukses harus disesuaikan dengan karakter masyarakat di daerah pemilihan. Selain itu, anggota tim kampanye harus bisa mewakili semua golongan masyarakat didaerah Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat. Secara garis besar pengelompokkan masyarakat dapat dibagi berdasarkan perspektif ekonomi, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan.
Upaya-upaya yang ditempuh merupakan suatu jalan pembelajaran politik bagi para politisi maupun calon politisi dengan meminimalisir kecacadan dan kejahatan poltik.



Daftar Pustaka

Dan Nimmo. 1993. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: Rosda
http://www.bandungbaratkab.go.id/arsip/ {diakses tanggal 14 Oktober 2013}
http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi {diakses tanggal 14 Oktober 2013}

 BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kampanye merupakan kegiatan mempersuasi pemilih yang bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas. Pemilihan legislatif sebagai salah satu event pemilu yang secara serentak diadakan di seluruh Indonesia ikut meramaikan dinamika politik khususnya pada pemilu 2009. Para caleg yang ikut serta dalam pemilihan legislatif tentunya memiliki cara kampanye yang berbeda dengan caleg lainnya. Kampanye yang merupakan sarana untuk pencapaian cita-cita politik. strategi menjadi akan menjadi sangat penting guna pemenangan pemilu serta cita-cita yang diinginkan caleg dan partai partai pengusung untuk kedepannya. Pada pemilu 2009, partai-partai dan para caleg bersaing ketat untuk mendpatkan kursi legislatif serta target-target tertentu yang diinginkan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi kampanye yang dilakukan oleh para mayoritas caleg dalam pemilu legislatif 2009, sehingga berhasil mendapatkan kursi di legislatif.
Dewasa ini, fenomena-fenomena baru yang unik mengenai pelaksanaan kampanye itu sendiri. Banyak pergeseran pola pikir masyarakat maupun para politisi dalam menyikapi event 5 tahunan tersebut. Pergeseran itu sendiri banyak dipengaruhi oleh kemajuan zaman maupun kondisi sosial ekonomi yang terus berkembang. Fenomena kampanye antara lain juga dapat di ketahui melalui:
1.        Adanya temuan perbedaan dana kampanye yang tersedia (yang dilaporkan) dengan dana kampanye yang digunakan; (Tidak bermanfaat bagi rakyat/manfaat sesaat bersifat generik dan investasi politik bagi pengusaha)
2.        Kampanye ternyata memerlukan dana yang luar biasa besar (Apakah makin dana besar untuk kampanye makin efektif?)

Karena hal-hal tersebut diatas lah yang juga dapat dibaca oleh masyarakat sebagai sebuah temuan fakta baru yang akan menjadikan perubahan persepsi tersendiri bagi masyarakat sebagai objek kampanye secara utuh. Oleh karena itu, maka rasa tidak puas publik kepada kampanye menurut Lipsitz menyarankan kampanye diarahkan pada diskusi yang lebih substansial tentang isu-isu kampanye, memeperbaharui cara peliputan kampanye, sampai mengusulkan agar para kandidat/politisi mendatangani codes of conduct (tata cara bertingkah laku dalam kampanye) yang mengharuskan wacana kampanye yang lebih humanis tidak provokatif.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa definisi dari Strategi?
b.      Apa definisi dari Kampanye?
c.       Seperti apa Strategi Kampanye yang dilakukan?
d.      Bagaimana pelaksanaan Strategi Kampanye?

1.3  Tujuan Penulisan
a.       Mengetahui definisi Strategi
b.      Mengetahui definisi Kampanye
c.       Mengetahui Strategi Kampanye yang dilakukan
d.      Menganalisis Strategi Kampanye yang dilakukan Calon Legislatif (caleg)


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1    Definisi Strategi
Kata "strategi" adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, stratēgos. Adapun stratēgos dapat diterjemahkan sebagai 'komandan militer' pada zaman demokrasi Athena. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
Berikut adalah beberapa pendapat menurut para ahli mengenai strategi yaitu, menurut (Rangkuti, 2009, p3), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan. Tujuan utamanya adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas fungsi manajemen, konsumen, distributor, dan pesaing. Jadi, perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada. Untuk memahami konsep perencanaan strategis, kita perlu memahami pengertian konsep mengenai strategi.
Menurut Mintzberg (2007), konsep strategi itu sekurang-kurangnya mencakup lima arti yang saling terkait, dimana strategi adalah suatu:
1.      Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh organisasi secara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya.
2.      Acuan yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun inkonsistensi perilaku serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi.
3.      Sudut yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan aktivitasnya.
4.      Suatu perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara organisasi dengan lingkungannya yang menjadi batas bagi aktivitasnya.
5.      Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk mengelabui para pesaing.
Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut.Contoh berikut menggambarkan perbedaannya, "Strategi untuk memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu pertandingan".
Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dan lain-lain.

2.2    Definisi Kampanye
Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu” (Venus, 2004:7).
Beberapa ahli komunikasi mengakui bahwa definisi yang diberikan Rogers dan Storey adalah yang paling popular dan dapat diterima dikalangan ilmuwan komunikasi (Grossberg, 1998; Snyder, 2002; Klingemann & Rommele, 2002). Hal ini didasarkan kepada dua alasan. Pertama, definisi tersebut secara tegas menyatakan bahwa kampanye merupakan wujud tindakan komunikasi, dan alasan kedua adalah bahwa definisi tersebut dapat mencakup keseluruhan proses dan fenomena praktik kampanye yang terjadi dilapangan.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kampanye merupakan sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Dalam sistem politik demokrasi, kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian dukungan, dimana wakil terpilih atau referenda diputuskan.

2.2.1   Jenis-jenis Kampanye
1.        Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) N0. 35 Tahun 2004 Tentang Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden mengatur semua jenis atau bentuk kampanye. Ada 9 jenis kampanye yaitu:
a.       Debat publik / debat terbuka antar calon
b.      Kegiatan Lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan
c.       Pemasangan alat peraga di tempat umum
d.      Penyebaran bahan kampanye kepada umum
e.       Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik
f.       Penyiaran melalui radio dan atau televise
g.      Pertemuan Terbatas
h.      Rapat umum
i.        Tatap muka dan dialog
2.        Selain itu terdapat pula jenis-jenis kampanye menurut beberapa sumber, yaitu:
1)      Product Oriented Campaigns
Kampanye yang berorientasi pada produk, umumnya terjadi di lingkungan bisnis, berorientasi komersial, seperti peluncuran produk baru. Kampanye ini biasanya sekaligus bermuatan kepentingan untuk membangun citra positif terhadap produk barang yang diperkenalkan ke publiknya. Contoh: Kampanye Bank BPR Go Public, Kampanye Telkom Flexi.


2)      Candidate Oriented Campaigns
Kampanye ini berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi karena hasrat untuk kepentingan politik. Contoh: Kampanye Pemilu, Kampanye Penggalangan dana bagi partai politik.
3)      Ideologically or cause oriented campaigns
Jenis kampanye ini berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi sosial atau Social Change Campaigns (Kotler), yakni kampanye yg ditujukan utk menangani masalah- masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yg terkait. Contoh: Kampanye AIDS, Keluarga Berencana dan Donor Darah.
4)      Jenis Kampanye yang sifatnya menyerang (attacking campaign):
·           Kampanye Negatif
Menyerang pihak lain melalui sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan diperdebatkan.
·           Kampanye hitam (Black campaign)
Kampanye yang bersifat buruk atau jahat dengan cara menjatuhkan lawan politik untuk mendapatkan keuntungan.


BAB III
PROFIL CALEG DAN WILAYAH DAERAH PEMILIHAN

3.1    Profil singkat caleg (Calon Legislatif)
Nama
:
Dani Hamdani
Tempat, Tanggal Lahir
:
Bandung, 03 Juli 1990
Alamat
:
Kp. Biru RT 04 RW 04 Desa Mandalasari Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung

q  Pendidikan Formal
§  Sekolah Dasar Negeri Cikancung 3
§  Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Cikancung
§  Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cicalengka
§  Perguruan Tinggi UIN SGD Bandung

q  Pengalaman Organisasi

§  Radio komunitas 107,8 Syifa Fm Cicalengka
§  Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Dakwah dan Komunikasi Cab. Kabupaten Bandung
§  Forum Mahasiswa Kabupaten Bandung
§  Himpunan Mahasiswa Cicalengka


3.2  Demografi wilayah dan Karakter Masyarakat Dapil II Jawa Barat
3.2.1        Kabupaten Bandung
a.       Demografi
Dari sisi demografis, jumlah penduduk Kabupaten Bandung lk. 3.215.548 jiwa pada tahun 2010 (Data BPS 2010), terdiri dari laki-laki sebanyak 1.638.623 jiwa (50,96 %) dan perempuan sebanyak 1.576.925 jiwa (49,04 %). Jumlah ini meningkat 1,35 % dibandingkan tahun 2009, di mana pada tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Bandung mencapai lk 3.172.860 jiwa, terdiri atas : laki-laki 1.590.399 jiwa (50,13 %) dan perempuan 1.582.461 jiwa (49,87 %). Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada tahun 2010, jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 tahun) mencapai 64,89 %, jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun) mencapai 31,17 % dan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 tahun ke atas) mencapai 3,94 %. Jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 tahun) mengalami penurunan sebesar 2,25 %, demikian pula dengan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 tahun ke atas) menurun 0,44 %, sedangkan jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun) meningkat 2,69 %.
Dari jumlah penduduk tersebut di atas, terdapat angka beban ketergantungan (dependency ratio) sebesar 54,10 %, ini artinya pada setiap 100 penduduk produktif harus menanggung lk. 54 orang penduduk tidak produktif. Jika dibandingkan dengan tahun 2009, dependency ratio pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 5,15 poin, sedangkan dependency ratio pada tahun 2009 sebesar 48,95 %. Angka Ketergantungan (dependency ratio) diharapkan dapat diturunkan pada tahun-tahun mendatang, dengan meningkatkan Daya saing dan Sumber Daya Manusia Masyarakat Kabupaten Bandung.
a.       Karakter Masyarakat
Kabupaten Bandung merupakan suatu daerah yang mayoritas penghuninya berasal dari suku sunda. Tidak banyak pendatang yang mendiami daerah ini, suku asli masih mendominasi daerah kabupaten Bandung. Artinya, hubungan yang terjalin diantara masyarakat masih sangat kental dengan rasa silaturahmi.
Urang Sunda” dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang. Orang sunda dikenal memiliki rasa memiliki jiwa diplomatis yang tinggi dalam melakukan suatu hal. Seperti dikutip dari salah satu media online (id.wikipedia.org), bahwa orang sunda adalah yang pertama kali melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain.
Disamping prestasi dalam bidang politik (khususnya pada awal masa kemerdekaan Indonesia) dan ekonomi, prestasi yang cukup membanggakan adalah pada bidang budaya yaitu banyaknya penyanyi, musisi, aktor dan aktris dari etnis Sunda, yang memiliki prestasi di tingkat nasional, maupun internasional.
3.2.1        Kabupaten Bandung Barat
a.       Demografi
Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2007 berpenduduk sekitar 1.493.238 jiwa. dengan jumlah rumah tangga (kepala keluarga) sebanyak 298.648 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 758.670 jiwa penduduk laki-laki dan 734.568 jiwa penduduk perempuan yang tersebar di kelima belas kecamatan dan 165 desa di Kabupaten Bandung Barat. Dilihat perkecamatan, kecamatan yang paling banyak penduduknya adalah Kecamatan Lembang dengan jumlah penduduk berjumlah 165.786 jiwa atau sebesar 11,10 % dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah Kecamatan Rongga dengan jumlah penduduknya sebanyak 57.471 jiwa atau hanya sebesar 3,85% dari keseluruhan jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat.
Karakteristik penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu salah satunya dapat diklasifikasikan dari segi biologis, yaitu jenis kelamin dan umur. Jenis kelamin dan umur merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi.
Di Kabupaten Bandung Barat, setiap 100 penduduk wanita terdapat 102 penduduk pria. Artinya, perbandingan antara jumlah penduduk pria dan wanita di wilayah ini hampir sama banyak, dengan sedikit dominasi oleh jumlah penduduk pria.
Mayoritas penduduk di Kabupaten Bandung Barat berada dalam rentang usia produktif, yaitu 15-64 tahun. Angka ketergantungan menunjukkan perbandingan antara banyaknya penduduk yang tidak produktif (0-14 tahun dan lebih dari 65 tahun) dengan yang produktif. Angka ketergantungan secara kasar dapat digunakan sebagai indikator ekonomi suatu wilayah; semakin kecil angka ketergantungan, semakin baik keadaan ekonomi di suatu wilayah.
Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Bandung Barat mayoritas berkisar di antara tiga jenjang pendidikan dasar yaitu SD, SLTP, dan SMU. Mayoritas penduduk (36,68%) mengenyam pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD) atau sederajat, diikuti SMU (22,36%) dan SLTP (19,65%). Jumlah penduduk yang tidak tamat SD atau masih menjalani pendidikannya pada tingkat tersebut lebih kecil daripada yang telah menamatkan jenjang pendidikan, yaitu sebesar 15,26%. Hanya sebagian kecil penduduk Metropolitan Bandung yang mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi, yaitu tingkat diploma (2,46%) dan sarjana (2,35%).
b.      Karakter Masyarakat
Karakter masyarakat Kabupaten Bandung Barat tidak jauh berbeda dengan Kabupaten Bandung. Suku Sunda masih menjadi mayoritas penduduk di daerah ini. Namun di daerah tertentu seperti di Lembang, penduduk merupakan masyarakat asli dan masyarakat pendatang, keduanya lumayan berimbang.
Namun yang perlu ditekankan disini adalah mayoritas penduduk yang masih didominasi oleh suku Sunda yang memiliki budaya menjunjung tinggi norma agama dan sosial.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Rencana Strategi Kampanye

4.1.1        Pembuatan Tim Sukses
Kegiatan kampanye merupakan kerja sama tim. Dengan demikian banyak personil juga lembaga yang akan terlibat didalamnya. Penentuan siapa saja yang akan terlibat sebagai pelaksana kampanye (campaign organizer) merupakan langkah awal dalam melaksanakan kampanye. Orang-orang yang akan menjadi personel kampanye harus diseleksi dengan teliti dengan memperhatikan aspek motivasi, komitmen, kemampuan bekerjasama, dan pengalaman yang bersangkutan dalam kerja sejenis.
Pembuatan tim sukses harus disesuaikan dengan karakter masyarakat di daerah pemilihan. Selain itu, anggota tim kamapanye harus bisa mewakili semua golongan masyarakat didaerah Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat. Secara garis besar pengelompokkan masyarakat dapat dibagi berdasarkan perspektif ekonomi, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan.
Orang yang direkrut bukan hanya mengerti tentang pengelompokkan masyarakat tersebut, namun merupakan bagian dari kelompok tersebut. Tim sukses juga harus mampu mewakili tingkat daerah minimal tingkat kecamatan.
Pola perekrutan tim sukses dapat digambarkan seperti berikut :

 
Pola perekrutan apabila berdasarkan skema tersebut, maka kita dapat merekrut minimal satu keluarga pada sebuah kecamatan karena logikanya, dalam satu keluarga minimal dapat mewakili dua jenis golongan masyarakat.
Peran fungsi kader PDIP DPD jabar sangatlah penting. Himpun kader tersebut, kelompokkan pada tim –baik berdasarkan golongan masyarakat ataupun tingkat wilayah-. Simpelnya adalah seperti berikut :


4.2  Program Kerja
4.2.1        Konsolidasi Internal dan Eksternal Tim Kampanye
Konsolidasi internal tim kampanye dimulai setelah tim kampanye pusat resmi dibentuk dan disusul dengan tim kampanye di berbagai kecamatan. Pertemuan antar tim kampanye se-Dapil II harus diadakan untuk membahas dan mensosialisasikan mengenai strategi kampanye yang digunakan, pendanaan kampanye, target-target yang harus dicapai, dan penyediaan peralatan kampanye. Konsolidasi internal tim kampanye juga dilakukan dengan cara memberikan motivasi dan pelatihan kepada pengurus partai di tingkat kecamatan dan kelurahan mengenai cara-cara kampanye yang baik dan sesuai dengan petunjuk teknis yang diberikan oleh tim kampanye pusat.

a.       Segmentasi
Segmentasi yang dilakukan oleh tim kampanye yiatu mengelompokkan pemilih berdasarkan ciri-ciri demografis yaitu, usia pemilih, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin. Dari segi usia misalnya, mayoritas usia penduduk pada dapil ini adalah kalangan produktif (15-65) yaitu sekitar 60%-70%.
b.      Targeting
Apabila pola perekrutan tim kampanye dilakukan seperti saran diatas maka target dari tim kampanye adalah semua kalangan. Karena anggota dari tim kampanye mewakili kalangan. Tentu hal tersebut dapat dimaksimalkan apabila semua berjalan sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing.
c.       Positioning
Selama kampanye berlangsung, slogan sangatlah diperlukan untuk meanrik perhatian dari masyarakat. Slogan yang baik adalah slogan yang bersifat persuasive. Misalkan, “SAATNYA PUTRA DAERAH BERSUARA !”, “DUKUNG PUTRA DAERAH MENJADI WAKIL DAERAH !”. Slogan-slogan seperti itu dapat digunakan untuk daerah dapil II.

4.3  Sosialiasi Figur Caleg
Meskipun Jalaluddin Rakhmat atau akrab dipanggil Kang Jalal telah banyak berkiprah ditingkat nasional, namun kebanyakan masyarakat kita belum mengetahui niat baik Kang Jalal untuk menjadi anggota legislatif. Maka dari itu sangatlah diperlukan sosialisasi guna mencapai tujuan yang diinginkan.


Sosialisasi figur caleg dapat digambarkan seperti berikut.
a.       Sosialisasi langsung
Sosialisasi langsung merupakan proses kampanye murni yang dilakukan tim sukses Kang Jalal untuk menarik perhatian dan memberitahukan kepada masyarakat bahwa Kang Jalal merupakan Caleg DPR RI Dapil II Jabar. Tentu upaya yang ditempuh adalah pengiklanan politik melalui media massa baik elektronik maupun cetak.
Dalam banyak kasus, ketertarikan masyarakat terhadap iklan poltik cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh oknum-oknum  suksesor yang seenaknya memasang iklan politik tanpa memperhatikan estetika, yang penting terlihat jelas singkatnya –untuk iklan politik seperti baligo-. Tentu perilaku tersebut bukanlah untuk ditiru, apalagi mengingat Kang Jalal merupakan orang yang berpendidikan tingga dan memiliki kredibilitas baik pula dimata konstituennya.
Cukup dengan memasang iklan politik ditempat yang strategis namun tidak mengganggu tata kota dan berisi hal-hal yang menarik untuk dilihat sehingga menimbulkan rasa simpati dari masyarakat yang melihatnya.
Begitupun dengan sosialisasi melalui media massa. Durasi iklan yang dibuat tidak usah panjang lebar asalkan isinya meanarik dan pesan utama dapat disampaikan serta dimengerti oleh audiens.


b.      Sosialisasi tidak langsung
Sosialisasi tidak langsung merupakan tahapan setelah sosialisasi langsung. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian masyarakat pintar. Dalam hal ini tim sukses harus melakukan agenda setting seakan-akan Kang Jalal hadir sebagai tamu undangan saja yang tidak memiliki kepentingan poltik. Dalam mengisi acara pun misalkan, kang jalal tidak perlu meminta dukungan secara lisan, karena mereka sudah tahu dari iklan-iklan politik yang tersebar.
Untuk menjangkau daerah yang tidak terkena terpaan media massa, maka perlu dilakukan sebuah upaya pemasaran poltik yang dibungkus dengan kegiatan social. Misalkan kang Jalal dan tim sukses memberikan bantuan social berupa makanan pokok ke daerah yang belum mendapat aliran listrik.

4.4  Membuat Opini Publik
Opini publik merupakan sebuah persepsi yang kemudian diungkapkan ke permukaan oleh masyarakat yang bersangkutan dan memiliki kepentingan terhadap objek opini tersebut. Opini publik muncul karena suatu keadaan yang bersifat kontroversi biasanya.  Kontroversi dalam hal ini haruslah bersifat positif agar menghasilkan opini yang positif pula.
Upaya yang dapat ditempuh adalah melakukan kegiatan yang jarang ataupun belum pernah dilakukan oleh Kang Jalal sehingga hal tersebut dapat menarik perhatian media.
Upaya yang dapat dilakukan oleh tim sukses Kang Jalal untuk  memunculkan kontoversi diantaranya :
1)      Membenturkan status Kang Jalal dengan hal yang bertolak belakang
Contoh : Kang Jalal sebagai tokoh agama, ikut terlibat dalam kegiatan klub motor atau mobil dengan catatan media diikutsertakan.
2)      Membenturkan kebiasaan dengan yang tidak biasa
Contoh : Kang Jalal merupakan Rajanya seminar ataupun mengajar, ikut terlibat dalam pembangunan jembatan dan pembajakan sawah.
Hal tersebut dapat dilakukan guna menarik perhatian masyarakat. Namun, dalam semua kegiatan tersebut sangat diperlukan peran media sebagai penyambung ke masyarakat luas.

4.5  Pemilihan Media Kampanye
Sempat disinggung pada pembahasan sosialisasi figur caleg, media yang digunakan dalam proses kampanye kang jalal adalah media massa cetak dan elektronik serta ditambah media dekade ini yang tidak boleh dilupakan yaitu media online.
ketiga media massa ini sangatlah vital dalam hal pemasaran poltik. Apabila upaya kampanye dilakukan tanpa menggunakan media massa, maka siap-siaplah untuk menerima kekalahan.
Tiga jenis media tadi juga mempunyai kekurangan dan kelebihannya berdasarkan kecepatan, biaya produksi, ketajaman berita, dll. Kelebihan serta kekurangan ketiga media tersebut adalah:
1)      Media Cetak
Kelebihan :
·         Repeatable, dapat di baca berkali-kali dengan menyimpannya atau menglipingnya.
·         Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan.
Kekurangan :
·         Lambat, dari segi waktu media cetak adalah yang terlambat karena media cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita yang terjadi kepada masyarakat dan harus menunggu turun cetak. Media cetak sering kali hanya memuat berita yang telah disebarluaskan oleh media lainnya.
·         Tidak adanya audio, media cetak hanya berupa tulisan yang tentu saja tidak dapat didengar.
·         Visual yang terbatas, media cetak hanya dapat memberikan visual berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi berita.
·         Produksi, biaya produksi yang cukup mahal karena media cetak harus mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati masyarakat.

2)      Media Elektronik
Kelebihan :
·         Cepat, dari segi waktu, media elektronik tergolong cepat dalam menyebarkan berita ke masyarakat luas.
·         Ada audio visual, media elektronik mempunyai audio visual yang memudahkan para audiensnya untuk memahami berita.(khusus televisi)
·         Terjangkau luas, media elektronik menjangkau masyarakat secara luas.
 Kekurangan :
·         Tidak ada pengulangan, media elektronik tidak dapat mengulang apa yang sudah ditayangkan.

3)      Media Online
Kelebihan :
·         Sangat cepat, dari segi waktu media online sangat cepat dalam menyampaikan beritanya.
·         Audio Visual, media online juga mempunyai audio visual dengan melakukan streaming.
·         Praktis dan Fleksibel, media online dapat diakses dari mana saja dan kapan saja yang kita mau.
Kekurangan :
·         Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan berita yang dimuat di media online biasanya tidak seakurat media lainnya.

Melihat kekurangan dan kelebihan yang dimiliki ketiga media di atas, media
online mempunyai keunggulan dalam segi kecepatan. Kecepatan tersebut dapat mengalahkan kedua media lainnya karena audiens sekarang lebih mengutamakan kecepatan dan kemudahan dalam mengakses informasi, dan hal itu dimiliki oleh media online.
Melihat hal ini, prospek media online akan sangat unggul dan dapat mengalahkan kedua jenis media lainnya. Apalagi jika seluruh dunia dapat mengakses internet dengan mudah, otomatis media online akan lebih sering digunakan audiens dibanding kedua jenis media lainnya.
Dari fakta tersebut tim sukses dapat mengoptimalkan mensosialisasikan dan meminta dukungan kepada masyarakat melalui media online terutama.
Presentase media yang digunakan :
                                                                                                                           
Media yang dioptimalkan adalah media online yaitu dengan presentase penggunaan sekitar 50%, disusul oleh media cetak, dengan 35%, dan media elektronik 15% saja memngingat tarif harga pasang iklan di televisi dan radio relatif tinggi.

4.6  Meraih Simpati Masyarakat Pemilih
Apabila upaya-upaya diatas telah ditempuh dengan optimal, maka masyarakat akan meberikan simpati terhadap kang Jalal. Namun yang perlu diketahui adalah karakter masyarakat dapil II yang mulai apatis terhadap keberadaan partai politik haruslah menjadi pertimbangan. Hal ini merupakan efek domino dari oknum-okmun calon yang kini menduduki kursi mewah di gedung DPR sana yang tidak memenuhi janji mereka ketika menyuarakan meminta dukungan kepada masyarakat. Tentu hal ini perlu ditanggapi seirus dan membutuhkan suatu pendekatan yang berkala. Percuma saja pun kalau diberi “uang” toh mereka belum tentu memilih.
Untuk menangani hal ini, tim sukses memerlukan suatu pendekatan yang halus, tidak langsung mengajak masyarakat untuk memilih, namun menjalin dulu hubungan emosional dengan mereka.
Upaya yang dapat ditempuh misalkam :
1)      Mengadakan pengajian rutin mengingat Kang Jalal merupakan tokoh agama
2)      Membimbing kalangan muda.
3)      Mendekati tokoh masyarakat sehingga tokoh atau aparat pemerintah setempat mengijinkan tim sukses mengadakan acara.
4)      Mengadakan diskusi ringan yang melibatkan banyak orang, dsbnya
Apabila masyarakat merasa telah terikat oleh upaya-upaya yang dilakukan, maka mereka tidak perlu diminta pun akan memnerikan simpati tehadap kang Jalal.

4.7  Evaluasi Program
Evaluasi kampanye dapat dikategorikan dalam empat tingkat sebagai berikut :
a.       Tingkatan kampanye (Campaign Level)
Pada tingkatan kampanye kita ingin mengetahui apakah khalayak sasaran terterpa kegiatan kampanye yang dilakukan atau tidak. Dengan demikian pertanyaan pokok untuk evaluasi tingkat ini adalah “apakah kampanye yang dilakukan dapat menjangkau khalayak sasaran yang ditetapkan? Dan apakah khalayak memberi perhatian pada kampanye tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini dapat menggunakan metode survei.

b.      Tingkatan sikap (attitude level)
Pada tingkatan sikap evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei atau uji sederhana (simple test). Metode survei digunakan untuk sampel dalam jumlah besar, sementara tes sederhana umumnya digunakan untuk kelompok sasaran yang terbatas, yang juga sangat populer untuk mengukur pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh sebagai akibat diselenggarakannya kampanye. Dalam perspektif Ostergaard, terdapat empat aspek yang terkait dengan evaluasi pada tingkatan sikap yakni aspek Kognitif (pengetahuan, kesadaran, kepercayaan, dan sebagainya), Afektif (kesukaan, simpati, penghargaan, dukungan dan sebagainya), Konatif (komitmen untuk bertindak) dan aspek keterampilan atau skill.

c.       Tingkatan perilaku
Para ahi kampanye memandang tingkatan perilaku sebagai tingkat yang paling penting dalam kebanyakan evaluasi kampanye. Sayangnya jenis evaluasi  ini sering diabaikan atau dilakukan sekadarnya dengan mengamati realitas permukaan (superficial reality).
Untuk menepis dugaan para teoritis, maka kita memerlukan survey untuk mendapatkan informasi yang valid tentang masyarakat yang telah kita dekati, apakah masih selaras dengan kita atau mulai melenceng. Apabila mulai melenceng maka kita perlu melakukan pendekatan ulang sebelum hari pemilihan. Tetapi perlu hati-hati juga dalam menentukan langkah. Jangan samapai langkah kita terbaca oleh lawan polotik sehingga mereka mudah untuk megalahkan kita.

d.      Tingkatan masalah
Tingkat evaluasi yang terakhir adalah tingkatan masalah. Pada tingkat ini evaluasi dapat dilakukan dengan mudah atau sebaliknya sangat sulit dan memakan waktu lama. Problem atau masalah disini diartikan sebagai kesenjangan antara kenyataan dengan harapan atau dengan yang seharusnya terjadi. Yang sering menjadi pertanyaan dalam evaluasi pada tingkatan problem ini adalah, apakah yang akan diukur efek jangka pendek atau jangka panjang? Kapan harus melakukan evaluasi, segera setelah kampanye berakhir atau beberapa tahun kemudian?
Maka yang kita perlukan adalah keterbukaan dan kejujuran saat menjalankan program, sehingga tidak perlu ketakutan saat melakukan evaluasi.

4.8  Memelihara dan merawat dukungan suara, menjaga hasil suara di tingkat TPS, PPS, PPK, KPU
Untuk menempuh upaya  tersebut membutuhkan sangat banyak suku-suku politik. Suku-suku politik yang dimaksud dapat digambarkan sebagai berikut :
 













                                                                                   

Setiap kotak pada gambar tersebut memiliki turunan, pola kerja pada skema tersebut diadopsi dari perhitungang yang menggunakan pohon faktor. Sehingga apabila semua kader dan relawan bekerja sesuai dengan koridornya, dukungan suara akan dapat terlihat dan terkendali.
Pada hari-hari terakhir mendekati waktu pemilihan, biasanya terjadi serangan fajar dari masing-masing calon. Untuk menanggulangi hal tersebut maka perlu diadakan pengawasan terhadap calon konstituen. Intinya harus bisa saloin kordinasi dan komunikasi antar semua elemen.


BAB V
PENUTUP

Strategi itu pada hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktik operasionalnya. Komunikasi secara efektif adalah sebagai berikut:
·         Bagaimana mengubah sikap (how to change the attitude)
·         Mengubah opini (to change the opinion)
·         Mengubah perilaku (to change behavior)
Strategi kampanye dibutuhkan untuk proses pemenangan politik dalam suatu kampanye politik. Kegiatan kampanye merupakan kerja sama tim. Dengan demikian banyak personil juga lembaga yang akan terlibat didalamnya. Penentuan siapa saja yang akan terlibat sebagai pelaksana kampanye (campaign organizer) merupakan langkah awal dalam melaksanakan kampanye. Orang-orang yang akan menjadi personel kampanye harus diseleksi dengan teliti dengan memperhatikan aspek motivasi, komitmen, kemampuan bekerjasama, dan pengalaman yang bersangkutan dalam kerja sejenis.
Pembuatan tim sukses harus disesuaikan dengan karakter masyarakat di daerah pemilihan. Selain itu, anggota tim kampanye harus bisa mewakili semua golongan masyarakat didaerah Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat. Secara garis besar pengelompokkan masyarakat dapat dibagi berdasarkan perspektif ekonomi, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan.
Upaya-upaya yang ditempuh merupakan suatu jalan pembelajaran politik bagi para politisi maupun calon politisi dengan meminimalisir kecacadan dan kejahatan poltik.


Daftar Pustaka

Dan Nimmo. 1993. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: Rosda
http://www.bandungbaratkab.go.id/arsip/ {diakses tanggal 14 Oktober 2013}
http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi {diakses tanggal 14 Oktober 2013}